CIANJURUPDATE.COM – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengingatkan warga di empat lokasi di Desa Waringinsari, Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, untuk terus memantau perkembangan retakan tanah. Gerakan tanah tipe rayapan yang terjadi dapat berkembang menjadi longsor lebih besar.
Menurut Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid, hasil penyelidikan menunjukkan bahwa gerakan tanah ini bersifat lambat. Tipe rayapan dan nendatan menyebabkan longsoran kecil di lereng terjal.
“Informasi warga dan aparat desa setempat menunjukkan kejadian longsor terjadi pada Rabu, 4 Desember 2024, sekitar pukul 09.00 WIB. Hujan deras dengan durasi panjang menjadi pemicunya,” ujar Wafid dalam siaran pers yang diterima, Rabu (29/1/2025).
Gerakan tanah ini merupakan kejadian berulang. Insiden serupa terakhir terjadi pada November 2017 dan 24 November 2024. Akibatnya, 35 bangunan rusak, lebih dari 50 bangunan terancam, dan akses jalan mengalami kerusakan.
BACA JUGA: BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Jawa Barat, Cianjur Dapat Skala Tinggi
Empat kampung terdampak bencana ini adalah Kampung Cibuluh, Kampung Sukarama, Kampung Buniwani, dan Kampung Cimanggu di Desa Waringinsari. Selain itu, Kampung Datar Peuteuy dan Kampung Pasirkupa juga terkena dampak.
“Bangunan yang masuk kategori terancam (Warna Kuning) masih bisa dihuni. Namun, warga diminta terus memantau perkembangan retakan tanah,” tegas Wafid.
Jika retakan semakin meluas, warga diminta segera mengungsi dan melapor ke pemerintah daerah. Bangunan di lokasi rawan harus direlokasi demi keselamatan.
“Curah hujan masih tinggi dan berpotensi memicu longsor susulan. Warga serta pengguna jalan harus meningkatkan kewaspadaan, terutama setelah hujan deras dengan durasi panjang,” lanjut Wafid.
BACA JUGA: Nelayan Cianjur Selatan Diminta Waspada Gelombang Tinggi
Ia menambahkan bahwa pembangunan di daerah ini harus menggunakan konstruksi ringan agar tidak membebani lereng. Jika muncul retakan tanah, segera tutup dengan tanah liat untuk mengurangi infiltrasi air.
“Hindari genangan air dan buat sistem drainase utama yang cukup dalam. Ini bertujuan mengurangi kejenuhan tanah dan menurunkan muka air tanah,” jelas Wafid.
Warga juga diimbau menanam pohon berakar kuat untuk memperkuat lereng. Selain itu, perbaikan sistem drainase harus dilakukan sesuai kaidah teknis.
“Sosialisasi mengenai gerakan tanah dan gejalanya harus ditingkatkan. Warga perlu memahami tanda-tanda awal agar bisa mengambil tindakan pencegahan sejak dini,” kata Wafid.
BACA JUGA: Puluhan Makam di Cianjur Selatan Dipindahkan Akibat Longsor dan Pergerakan Tanah
Ia juga menegaskan perlunya pemasangan peralatan pemantauan gerakan tanah (LEWS) sebagai sistem peringatan dini. Warga diminta mengikuti arahan pemerintah daerah untuk mengurangi risiko bencana.