CIANJURUPDATE.COM – Perang sarung, sebuah budaya yang muncul di kalangan anak muda ketika memasuki bulan Ramadhan, kini telah menjadi perhatian. Dulu hanya sekadar permainan, kini berubah menjadi kekerasan yang membahayakan. Lantas, apa yang membuat perang sarung ini menjadi berbahaya di zaman sekarang?
Sejarah Perang Sarung
Pada awal abad ke-20 di Indonesia, masa itu masih di bawah kekuasaan kolonial Belanda, muncul fenomena Perang Sarung.
Kondisi sosial-politik yang tegang pada saat itu, ditambah ketidakpuasan terhadap penjajahan, menciptakan atmosfer yang rentan terhadap konflik.
BACA JUGA: Sejarah Perang Sarung, Dari Simbol Perlawanan Malah Jadi Kekerasan di Bulan Ramadhan
Hal yang Membuat Perang Sarung Berbahaya
1. Penggunaan Batu dalam Sarung
Penggunaan batu di dalam sarung menjadi salah satu faktor utama yang membuat perang sarung berubah menjadi kegiatan yang berpotensi membahayakan. Batu tersebut bisa menyebabkan luka parah pada lawan, meningkatkan risiko cedera serius, bahkan kematian.
2. Permusuhan Intens di Antara Anak Muda
Adanya permusuhan yang intens di antara anak muda turut memperkeruh suasana perang sarung. Perseteruan yang terjadi di luar arena permainan sering kali berlanjut di dalamnya, meningkatkan risiko terjadinya konflik fisik.
3. Permainan Terlalu Serius, Padahal Zaman Dulu Hanya Permainan
Permainan perang sarung kini dilakukan dengan tingkat serius yang tidak sebanding dengan zaman dulu. Apa yang semula hanya menjadi hiburan anak muda kini berubah menjadi pertarungan serius, tanpa batasan.
4. Ada yang Sampai Membawa Senjata Tajam
Bahaya semakin meluas ketika ada yang sengaja membawa senjata tajam ke dalam perang sarung. Hal ini menunjukkan bahwa permainan yang seharusnya bersifat sportif dan tidak berbahaya telah berubah menjadi ajang pertarungan berpotensi mematikan.
5. Dijadikan Ajang Alternatif Tawuran
Perang sarung tidak lagi hanya sekadar permainan tradisional, tetapi dijadikan sebagai ajang alternatif untuk tawuran antar kelompok. Hal ini membawa dampak negatif yang cukup besar terhadap keamanan dan ketertiban lingkungan.
6. Permainan Terlalu Serius, Membuat Mereka yang Senang Bermain Malah Takut
Seriusnya permainan membuat sebagian anak muda yang sebelumnya senang bermain menjadi takut untuk berpartisipasi. Ini menjadi ironi dari sebuah tradisi yang seharusnya menjadi sarana hiburan dan kebersamaan.
7. Ditunggangi Niat Menyakiti Antar Anak Muda
Pada beberapa kasus, perang sarung sudah tidak lagi sekadar permainan atau bentuk ekspresi kegembiraan. Namun, di baliknya, ada niat yang jelas untuk menyakiti lawan, yang kemudian bisa berujung pada kekerasan yang serius.
BACA JUGA: Polres Cianjur Amankan 27 Pelajar yang Kedapatan Perang Sarung di Tiga Titik di Cianjur
Kasus Kekerasan
Operasi Patroli Presisi oleh Polres Cianjur berhasil mengamankan 27 pelajar dalam aksi perang samping di dua kecamatan, yaitu Cilaku dan Cugenang, Rabu (20/4/2024) dini hari.
Dari mereka, beberapa mengalami luka serius akibat hantaman sarung yang berisi batu. Menurut Kasat Reskrim Polres Cianjur, pelaku perang samping bervariasi dari pelajar hingga orang dewasa.
Penutup
Perang sarung, yang dulunya merupakan bagian dari tradisi dan hiburan, kini telah berubah menjadi fenomena yang membahayakan.
Penggunaan batu, permusuhan intens, dan seriusnya permainan menjadi faktor utama yang membuatnya berpotensi menjadi kekerasan.
Diperlukan langkah konkret baik dari pihak berwenang maupun masyarakat untuk mereduksi dan mencegah perang sarung menjadi ajang kekerasan yang membahayakan.