Atasi Kekeringan, BPBD Cianjur Bakal Libatkan PUPR dan Perumdam

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur melakukan persiapan untuk mengantisipasi kekeringan dampak kemarau panjang. Namun BPBD masih belum berani menyatakan musim saat ini, dan memilih menunggu kabar dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

“Belum berani menyatakan kalau sekarang sudah masuk musim kemarau. Hal ini menunggu dulu ketentuan dari pihak BMKG,” kata Kepala Pelaksana BPBD Cianjur, Doddy Permadi, Kamis(27/6/2019).

Baca Juga: Kekurangan Air, Pria Ini Terpaksa Mandi Pakai Air Galon

Ia menambahkan, dari pengalaman tahun sebelumnya ada 11 kecamatan yang rawan kekeringan. BPBD sebagai leading sektor penanggulangan bencana sudah melakukan persiapan untuk mengantisipasinya.

Namun karena terbatasnya mobil tangki air, BPBD akan berkoordinasi dengan instansi lain. “Berhubung terbatasnya mobil tangki air, maka akan melibatkan instansi PUPR dan Perumdam,” ujarnya.

Selain melibatkan instansi lain untuk penyediaan air bersih, tidak menutup kemungkinan akan melibatkan juga pihak swasta. Menurut data di Cianjur bencana dari dampak kemarau yang paling utama yaitu kekeringan lahan.

“Untuk bencana kebakaran hutan terbilang masih jarang,” tandasnya.

Air Mulai Surut

Untuk diketahui, beberapa daerah di Kabupaten Cianjur saat ini sudah mulai kekurangan air. Misalnya di Kampung Pasirhuni RT 02/RW 06 Dusun Karyamukti, Desa Cikadu, Kecamatan Cikadu. Warga kesulitan mendapatkan air bersih yang terjadi sejak awal Mei.

Untuk mendapatkan air, warga harus menempuh perjalanan beberapa kilometer selama 30 menit ke Sungai Ciupuh atau Cilaku. Menuruni bukit, melalui jalan terjal, dengan tanah dan batu.

Baca Juga: Kekeringan, Warga Pasirhuni Turun Gunung ke Sungai Demi Dapat Air

Abdul Gopur, salah seorang warga Pasirhuni, menuturkan, sebagian warga sampai rela berangkat malam ke sungai. Tak jarang harus berebut air dengan warga lainnya.

“Sekarang pun warga Pasirhuni masih kesulitan. Sebagian ada yang mengambil air malam hari, itu pun berebutan karena sumber air yang minim dan kecil. Jadi satu-satunya cara yang punya motor mah ya, ke sungai Ciupuh atau ke Cilaku,” tuturnya saat diwawancara, Senin (10/6/2019).

Selain berdampak pada kebutuhan sehari-hari, kekurangan air juga berpengaruh pada rencana masyarakat merenovai musala. Hal itu mengingat air menjadi salah satu bahan untuk membangun.

“Rencananya bulan ini kami akan renovasi musala, otomatis bakal banyak menggunakan air untuk mengaduk bahan bangunan dan sebagainya. Pasti sulit deui wae tentang air,” tambahnya.

Sampai kini, belum ada lagi program air bersih yang mampu membantu warga Cikadu mengatasi kekeringan. Menurut Abdul, saat ini warga memilih pasrah sambil menunggu rencana pemerintah setempat dalam menanggulangi kesulitan air ini. (yan/ct1)

Reporter : Dian Tardian
Editor : M Reza Fauzie

Exit mobile version