CIANJURUPDATE.COM, Bandung – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil membantah adanya klaster Covid-19 di 149 sekolah di wilayah Jawa Barat.
Menurutnya, data ini masih dikonfirmasikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi, selaku pihak yang dikabarkan mengeluarkan data.
Dari data tersebut menunjukkan, klaster Covid-19 terjadi di 149 sekolah, usai dilaksanakannya pembelajaran tatap muka (PTM) di Jabar.
Tercatat, jumlah guru dan tenaga kependidikan yang terinfeksi Covid-19 sebanyak 1.152 orang dan 2.478 siswa.
“Sudah dicek ke Pusat dari mana datanya, (tapi) masih belum terkonfirmasi. Kami belum bisa mengiyakan apakah ada klaster di 149 sekolah,” ujar pria yang karib disapa Emil tersebut, Sabtu (25/9/2021).
Ia menegaskan, jika pun benar ada klaster tersebut, maka PTM di sekolah tersebut sebaiknya dihentikan sementara sampai situasi membaik. Karena, lanjutnya, Pemkab/pemkot pun akan mengawasi lebih ketat lagi SOP dan penerapan prokes di sekolah.
Mayoritas Kota/Kabupaten di Jabar Masuk Zona Kuning
Sedangkan untuk zona Covid-19, Emil menyebut, seluruh daerah di Jawa Barat saat ini berada dalam zona kuning Covid-19 atau wilayah dengan risiko penularan rendah.
Menurutnya, data tersebut berdasarkan dari hasil Bersatu Lawan Covid-19 periode 13-19 September 2021.
“Kita sudah zona kuning semua, tingkat kepatuhan prokes naik di 91 persen, jaga jarak naik di 89 persen,” jelasnya.
Ia mengatakan, periode sebelumnya atau 6-12 September 2021, dari 27 kab/kota tercatat masih masuk zona oranye atau risiko sedang, adalah Kabupaten Cirebon. Namun, kini statusnya mengalami perbaikan.
Meski bebas zona oranye dan merah, disiplin prokes 5M harus ditingkatkan karena pandemi belum usai. Kenyataannya sudah terlihat.
“Data per 23 September 2021 tingkat kepatuhan warga Jabar dalam memakai masker mencapai 91,09 persen dan jaga jarak 89,54 persen,” paparnya.
Kasus Aktif Covid-19 di Jabar Turun
Emil juga menyampaikan kabar gembira lain, yakni angka kasus aktif yang kembali menurun. Data Bersatu Lawan Covid (BLC) periode 23 September 2021, angka kasus aktif di Jabar hanya 3.843 atau turun 143 kasus dari hari sebelumnya. Di satu sisi angka kesembuhan meningkat 373 menjadi 683.088 orang.
“Kasus aktif tinggal 3.800-an sehingga mudah-mudahan seiring waktu, dukungan beberapa minggu ke depan kita bisa mengurangi drastis lagi kasus aktif yang ada di Jawa Barat,” ungkapnya.
Dari jumlah tersebut, ada tiga daerah yang memiliki angka kasus aktif paling tinggi yakni Kota Cimahi 2,96 persen, Kabupaten Ciamis 1,62 persen, dan Kabupaten Bandung 1,16 persen.
Emil menambahkan, tingkat keterisian kamar tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) untuk Covid-19 di rumah sakit rujukan kembali menurun.
“Dari puncaknya yang menjadi 91 persen kini menjadi 6,28 persen saja per 23 September 2021,” imbuhnya.
Klaster Covid-19 di Sekolah Dipastikan Tidak Ada
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar), Dedi Supandi memastikan, tidak ada klaster Covid-19 di sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM).
Hal itu, telah ia pastikan melalui jejaring dan pengawas di cabang-cabang dinas pendidikan daerah.
“Kita sudah cek, tidak ada satu pun klaster PTM. Akhirnya kita mencoba mengecek ke jejaring dari sumber yang ada, ternyata sumber itu dan diklik, juga tidak muncul datanya. Kita konfirmasi ke teman-teman di Pusdatin dan Kemdikbud, ternyata ada kesalahpahaman, miskomunikasi,” ujar Dedi, Sabtu (25/9/2021).
Menurut Dedi, klaster PTM yang dilaporkan itu lebih mengacu kepada siswa yang pernah terpapar Covid-19.
“Jadi kita sampaikan ke publik, bahwa tidak ada klaster PTM dan mohon doanya tidak ada, dan kita doakan agar seluruh anak-anak di Jabar bisa melakukan dan mendapatkan hak belajar dan sehat,” terangnya.
Jika ada kasus paparan Covid-19 di sekolah, dia menjelaskan, sekolah akan langsung bertindak dengan segera dan melakukan penutupan sementara. Satgas akan melakukan penyemprotan disinfektan di sekolah.
“Kalau pun di satu titik terdapat kasus, itu tidak berdampak pada keseluruhan. Tetap di lokasi itu saja. Evaluasi kami di seluruh cabang dinas yang kita lakukan lewat pengawas dan seluruh cabang dinas laporannya, tidak ada klaster sekolah,” tandas Dedi.(sis)
Sumber: Suara.Com