Berita

Bantuan Pascabencana Gempa Cianjur Wajib Disalurkan Cepat dan Tepat

“Terkecuali memang benar-benar membantu sebagai relawan,” ucap dia.

Akan tetapi, pendataan tersebut harus dilakukan secara cepat, terintegrasi, dan terorganisir. Belajar dari bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 2018 lalu, Cianjur harus bisa memberikan bantuan dengan segera agar masyarakat tidak merasa diabaikan.

Berdasarkan laporan Tirto berjudul Setahun Palu: Pemerintah Lamban Tangani Pascabencana, selama satu tahun masyarakat masih berada di ambang ketidakpastian soal jaminan hidup dan hunian tetap. Dalam laporan tersebut, selama satu tahun sejak gempa pada 2018 hingga 2019, masih banyak warga terdampak yang belum mendapatkan bantuan yang dijanjikan pemerintah.

Salah satunya adalah Sri Tini (54). Warga Talise, Palu itu mengaku tidak betah tinggal di hunian sementara yang dibangun di kawasan Lapangan Koni, Talise. Tempatnya panas dan tidak punya sekat. Bahkan, aksesnya pun cukup jauh dan apabila malam hari, tidak ada penerangan sama sekali. 

Hingga akhirnya, ia membangun sendiri rumah dari bambu yang jaraknya cuma beberapa meter dari hunian sementara yang ditempatinya. Tini mengaku dapat bantuan dari gereja untuk membangun rumah itu lengkap dengan isinya. 

Sampai laporan tersebut diterbitkan pada 15 Oktober 2019, Tini belum dapat dana jaminan hidup yang dijanjikan Kementerian Sosial. Besarannya Rp 10 ribu untuk satu jiwa per hari dan diberikan selama dua bulan usai masa tanggap darurat.

Sama halnya dengan Amir. Ia pun mengaku belum mendapatkan jaminan hidup. Bahkan, ia pun belum mendapat huntara maupun hunian tetap setelah setahun bencana. Amir mengaku dijanjikan mendapat dana stimulan sebesar Rp 50 juta untuk kategori rumah rusak berat.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button