CIANJURUPDATE.COM – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FH Universitas Suryakancana mengadakan kajian isu Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS) yang dilaksanakan pada Kamis (10/10/2024).
Acara ini bertempat di Aula Fakultas Hukum Universitas Suryakancana dengan menghadirkan aktivis perempuan, Anisa Amalia Azahra (22), sebagai fasilitator utama.
Dalam acara tersebut, peserta diajak berdiskusi mengenai berbagai bentuk kekerasan berbasis gender dan seksual, termasuk dampaknya serta langkah-langkah pencegahan.
Anisa menjelaskan bahwa KBGS mencakup segala bentuk kekerasan, baik terhadap perempuan maupun laki-laki, yang berwujud serangan fisik ataupun serangan terhadap integritas psikologis seseorang.
BACA JUGA: FKRD Sabandar Adakan Diskusi Tematik, Ruang Edukasi Gender bagi Remaja
“Kekerasan berbasis gender bisa menimpa siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki. Ini bisa berupa serangan fisik atau invasi terhadap integritas mental dan psikologis seseorang,” ujar Anisa dalam paparannya.
Diskusi tematik ini melibatkan para peserta secara aktif. Salah satu peserta, Fitri Andriani (22), memberikan contoh-contoh nyata dari KBGS.
“Kekerasan berbasis gender seperti catcalling sering kita temui. Sedangkan kekerasan seksual bisa berupa tindakan menyentuh area sensitif tanpa persetujuan, bahkan hingga pemerkosaan,” ungkapnya.
Anisa juga menyinggung ancaman baru yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi, yaitu Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).
Ia menjelaskan bahwa KBGO dapat berupa tindakan penghinaan, disinformasi, atau postingan di media sosial yang bertujuan untuk membuat korban marah atau malu.
“KBGO saat ini menjadi ancaman serius di era digital. Modusnya bisa beragam, termasuk penyebaran konten yang memalukan atau menyerang, seperti penggunaan teknologi deepfake untuk memalsukan foto seseorang guna mempermalukan atau memeras,” jelasnya.
Di akhir acara, Anisa mengingatkan bahwa penting bagi semua orang, baik laki-laki maupun perempuan, untuk selalu waspada terhadap berbagai modus baru kekerasan online.
Ia juga menegaskan bahwa melalui kajian seperti ini, diharapkan tercipta kesadaran dan ruang aman bagi mahasiswa untuk lebih peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar.
BACA JUGA: Ketua GPPI Serukan Peningkatan Kualitas Pendidikan kepada Anggota DPR RI
“Dengan diskusi tematik ini, semoga kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih aman dan peduli terhadap masalah kekerasan berbasis gender dan seksual, baik di dunia nyata maupun dunia digital,” tutup Anisa.