Berawal Dari Warga yang Kikir? Ini Dia Kisah Asal-Usul Cianjur yang Jarang Diketahui Banyak Orang Beserta Pesan Moralnya

CIANJURUPDATE.COM – Kabupaten Cianjur, yang terletak di provinsi Jawa Barat, terkenal dengan wilayah pegunungannya yang subur serta hasil pertaniannya, terutama beras namun banyak yang belum tahu kisah asal-usul Cianjur.

Seperti banyak tempat lain di Nusantara, Cianjur memiliki kisah asal-usul sendiri yang menarik untuk disimak.

Jadi, bagaimana kisah asal-usul Cianjur sehingga kabupaten ini bisa dinamai begini, apakah ada hubungan dengan warganya?

Dahulu kala, di sebuah desa yang subur di Cianjur, hiduplah seorang tuan tanah yang kaya raya dan menguasai sebagian besar sawah serta ladang di desa tersebut. Namun, sayangnya, tuan tanah ini dikenal sangat kikir.

BACA JUGA: Kisah Pilu Pasutri Paruh Baya di Cianjur Tinggal di Gubuk Kecil Tanpa Penerangan

Meskipun mendapatkan hasil panen yang melimpah, tuan tanah ini jarang sekali bersedekah. Oleh karena itu, para warga desa menjulukinya dengan sebutan “Pak Kikir.”

Suatu hari, seorang warga desa yang sangat tua datang ke rumah Pak Kikir untuk meminjam beras karena cucunya belum makan. Namun, Pak Kikir dengan tegas menolak permintaan tersebut dan mengusir sang kakek tua itu.

Melihat kejadian tersebut, anak Pak Kikir yang memiliki sifat sangat berlainan dengan ayahnya merasa iba. Diam-diam, anak Pak Kikir memberikan satu rantang beras miliknya kepada kakek tua tersebut.

Tindakan mulia ini membuat si kakek sangat berterima kasih dan memuji kebaikan hati anak Pak Kikir.

BACA JUGA: Bikin Haru, Kisah Nyata Manoj Kumar Sharma dalam 12th Fail yang Tayang di Netflix

Saat musim tanam tiba, hujan pun turun menandai waktunya para warga desa untuk menanam padi.

Sebagai bagian dari tradisi, mereka mengadakan kenduri untuk meminta keberkahan agar terhindar dari hama dan mendapatkan hasil panen yang melimpah.

Pak Kikir, meskipun dengan niat yang didasari rasa khawatir hasil panennya diganggu hama, juga mengadakan kenduri dan mengundang seluruh warga desa ke rumahnya.

Namun, kenduri yang diadakan Pak Kikir mengecewakan para warga karena makanan yang disediakan sangat sedikit dan tidak cukup layak.

BACA JUGA: Kisah Ujang Karmawan, Penyandang Disabilitas dan Caleg DPRD Cianjur yang Kampanye Pintu ke Pintu

Banyak di antara para tamu yang tidak kebagian makanan. Di tengah kenduri, seorang nenek tua berpakaian lusuh datang ke rumah Pak Kikir meminta sedikit nasi, namun Pak Kikir dengan kasar menolaknya.

Melihat kejadian tersebut, anak Pak Kikir merasa sangat sedih dan segera mengejar nenek tua itu untuk memberikan sebungkus nasi.

Nenek tua tersebut sangat berterima kasih dan memberikan nasihat kepada anak Pak Kikir untuk segera meninggalkan desa bersama semua warga saat hujan turun nanti malam.

Ketika malam tiba dan hujan mulai turun, anak Pak Kikir berusaha meyakinkan ayahnya untuk meninggalkan desa sesuai dengan nasihat nenek tua.

BACA JUGA: Kisah Sangat Sedih dan Terharu: Menggetarkan Hatimu

Namun, Pak Kikir menolak dan tetap bersikeras tinggal untuk menjaga hartanya. Anak Pak Kikir kemudian memukul kentongan untuk memanggil semua warga desa dan meminta mereka segera meninggalkan desa.

Meskipun pada awalnya ragu, para warga akhirnya memutuskan untuk mengikuti nasihat anak Pak Kikir dan nenek tua tersebut. Mereka berbondong-bondong meninggalkan desa, sementara Pak Kikir tetap tinggal.

Hujan semakin deras disertai kilat menyambar-nyambar, dan air mulai membanjiri desa. Ketika air semakin tinggi, Pak Kikir mulai panik, tetapi sudah terlambat. Ia tenggelam bersama semua hartanya.

Keesokan harinya, para warga desa yang selamat dari puncak bukit melihat desa mereka telah tenggelam dan berubah menjadi sebuah danau.

BACA JUGA: Sinopsis Lengkap Film Empire State: Kisah Nyata Perampokan Terbesar di Amerika Serikat

Meskipun merasa sedih kehilangan desa mereka, para warga segera mencari lahan baru untuk memulai kehidupan kembali. Anak Pak Kikir diangkat menjadi pemimpin desa yang baru dan ia membagikan tanah secara adil kepada semua warga.

Di bawah kepemimpinan anak Pak Kikir, desa baru tersebut berkembang dengan baik. Para warga bergotong-royong membangun saluran irigasi, dan desa tersebut menjadi makmur dengan sawah-sawah yang subur.

Karena para warga yang patuh terhadap anjuran pemimpinnya serta memiliki sistem pengairan yang baik, desa tersebut kemudian dikenal dengan nama “Anjuran.”

Seiring berjalannya waktu, nama desa tersebut berubah menjadi “Cianjur,” di mana “Ci” dalam bahasa Sunda berarti air, merujuk pada sistem pengairan yang baik di desa tersebut.

BACA JUGA: Kisah Fahmi Akbar, Dari Penjual Brownies Sampai Ahli Public Speaking

Kisah ini tidak hanya mengajarkan tentang kebaikan hati dan keadilan, tetapi juga menekankan pentingnya gotong-royong dan kepemimpinan yang bijaksana dalam membangun masyarakat yang makmur.

Exit mobile version