CIANJURUPDATE.COM – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa musim hujan di Indonesia tahun ini menunjukkan perbedaan signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Fenomena La Nina yang lemah menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menjadi lebih dingin, memicu peningkatan intensitas dan volume hujan.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebutkan bahwa perbedaan tahun ini dengan tahun lalu adalah fenomena La Nina yang lemah. Hal ini mempercepat pertumbuhan awan hujan, sehingga menyebabkan peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia antara 20-40 persen.
“Tahun lalu yang terjadi adalah El Nino dan bersifat kering, sementara tahun ini adalah La Nina lemah. Hal inilah yang menjadi booster pertumbuhan awan-awan hujan,” ungkapnya.
Indonesia yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, dikelilingi oleh bibit siklon yang turut menyebabkan angin kencang, gelombang tinggi, serta cuaca ekstrem. Selain itu, dinamika atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan seruakan udara dingin (cold surge) yang bergerak dari Siberia ke Indonesia, diperkirakan akan aktif menjelang periode Natal dan Tahun Baru (Nataru).
BACA JUGA: Kenapa Indonesia Sering Diguncang Gempa? Ini Penjelasan BMKG yang Harus Anda Ketahui
“Saat ini Indonesia tengah berada di puncak musim penghujan. Kombinasi La Nina dan dinamika atmosfer lainnya memperkuat kondisi ini, meningkatkan kemungkinan hujan lebat di berbagai daerah,” jelas Dwikorita.
BMKG pun mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi, terutama pada periode liburan akhir tahun.
Sejak November, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini mengenai potensi bencana hidrometeorologi. Pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kewaspadaan, guna mengurangi dampak buruk dari bencana yang mungkin terjadi.
Dalam perkiraan BMKG, hampir seluruh wilayah Indonesia diprediksi akan diguyur hujan lebat dengan intensitas lebih dari 200 mm sepanjang Desember ini. Fenomena La Nina yang berlangsung hingga April 2025 diprediksi akan memperburuk kondisi cuaca ekstrem tersebut.
BACA JUGA: Hujan Lebat Mengancam, BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Indonesia Minggu Ini
Dwikorita juga mengingatkan masyarakat mengenai kemungkinan terulangnya bencana banjir besar yang terjadi di wilayah Jabodetabek pada tahun 2020.
“Bencana tersebut berpotensi terulang kembali pada awal 2025, akibat kombinasi fenomena iklim yang terjadi,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa seruakan udara dingin dari Siberia yang terdeteksi sejak minggu lalu dapat memicu peningkatan angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan deras. Potensi terburuk dari fenomena ini dapat menyebabkan banjir parah di wilayah barat Indonesia, khususnya di daerah Jabodetabek yang pernah terdampak bencana serupa pada Januari 2020.