Bukan Cuma yang Broken Home, Anak Yatim Juga Fatherless

CIANJURUPDATE.COMSelama beberapa tahun terakhir orang-orang terutama cewek-cewek di sosmed, hobi banget ngomongin soal fatherless.

Kalau udah bahas ini, biasanya ceritanya panjang kayak sinetron azab, penuh dramatisasi.

Yang disalahin tentu aja bapaknya yang kabur, yang nggak bertanggung jawab, yang cuma bisa setor DNA doang.

Padahal ya, hei, kita-kita yang anak yatim ini juga fatherless, loh. Dari kecil malah.

Ada yang bahkan belum sempet liat wajah bapaknya hidup-hidup, cuma numpang nama doang di akta lahir.

Tapi kayaknya jarang banget yang mau bahas sisi ini. Seolah-olah fatherless itu cuma milik anak broken home yang ditinggal kabur, padahal kita juga ngerasain kosongnya rumah tanpa suara seorang ayah.

Banyak yang belum tahu, bahkan di beberapa berita, Indonesia itu masuk 10 besar negara dengan angka fatherless tertinggi di dunia.

Langsung deh komentar-komentar nyinyir keluar, “Wajar cowok Indonesia banyak yang brengsek.” Eh, eh, sabar napa.

BACA JUGA: Kiat Menjadi Penulis yang Bisa Bersaing di Tengah Gempuran AI

Emang semua kasusnya karena bapaknya yang kabur?

Banyak juga yang fatherless karena faktor takdir. Karena ayah mereka meninggal dunia. Nggak semua bisa disamaratakan kayak gitu.

Saya sendiri ngalamin. Ditinggal meninggal bapak waktu umur 11 tahun.

Umur segitu mah, lagi butuh-butuhnya sosok panutan. Lagi pengen diajarin cara ngadepin hidup.

Tapi ya mau gimana? Saya harus belajar jalan sendiri. Ajaran dari bapak yang saya inget paling pas diajarin ngaji sama matematika. Sisanya? Ya belajar di lapangan.

Kerasnya dunia kerja, perihnya pendidikan, pahit-manisnya berteman, semua itu guru saya.

Yang bikin ribet, karena nggak ada arahan, otak ini kudu kerja ekstra. Nggak semua pelajaran hidup bisa ditelan mentah-mentah. Harus disaring. Harus dipilih.

Salah jalan? Pernah. Salah milih teman? Sering. Tapi ya itulah proses. Namanya juga belajar hidup.

BACA JUGA: Merawat dan Merapikan Trotoar Lebih Baik Daripada Bangun Ulang, Pemkab Cianjur Jangan Boros Anggaran

Makanya, kadang saya heran, kenapa banyak orang yang terlalu drama soal fatherless.

Ada yang bilang, “Gue mah lebih mending bapak mati sekalian, daripada hidup tapi nggak berguna.”

Hadeuh, ngomong mah gampang. Tapi, kenyataannya, kehilangan bapak karena meninggal itu nggak semenyenangkan yang kalian bayangkan. Ada lubang besar yang nggak bisa diisi siapa pun.

Cobalah lihat dunia lebih luas. Coba lihat lagi sekeliling. Kadang, ada kerabat lain, ada keluarga lain, yang masih peduli dan sayang sama kita.

Masa iya cuma karena satu sosok pergi, dunia harus kita kutuk seumur hidup?

Sedih boleh. Nangis boleh. Tapi ya jangan berkepanjangan. Apalagi buat yang fatherless karena takdir, bukan karena pilihan hidup si bapak.

Kita nggak bisa nuntut lebih ke kehidupan ini. Kita cuma bisa jalanin sebaik mungkin.

Kalau memang ada banyak laki-laki di dunia ini yang nggak becus dan menyebabkan fatherless, ya kita juga harus mulai putus rantai itu dari diri sendiri.

BACA JUGA: Bencana Banjir Jombang: Refleksi Solidaritas Lintas Iman

Tapi kalau ternyata yang terjadi adalah bapaknya dipanggil Tuhan duluan, ya mau gimana? Mau ngamuk ke siapa? Mau demo ke malaikat?

Hidup ini keras, bos. Tapi bukan berarti kita harus keras sama diri sendiri. Jangan semua masalah di-framing gara-gara fatherless.

Kadang, yang kita butuhin bukan sekadar sosok ayah, tapi kemauan buat berdiri sendiri, walaupun jatuh-bangun sendiri juga.

Fatherless bukan excuse buat jadi orang gagal. Justru itu peluang buat buktiin kalau kita bisa survive tanpa harus bergantung sama sosok yang nggak sempat ngasih kita banyak bekal.

Jadi, buat yang suka drama, plis deh, santai. Kita semua punya luka. Tapi yang kuat adalah yang mau jalan terus walau jalannya pincang.

Exit mobile version