Cerita Kunjungan Studi ke Kampung Naga
![](/wp-content/uploads/2019/11/IMG-20191104-WA0030-780x470.jpg)
Paling hanya ada juga pengajian, yang dilakukan di masjid sehari sekitar satu kali. Kami berbincang beberapa hal ringan yang sekiranya membuatnyaman anak- anak seusia mereka. Mulai dari bertanya kesehariannya, sedikit tentang keluarga mereka dan bagaimana perasaan mereka tinggal di Kampung Naga ini.
Dari mereka saya dapat menyimpulkan bahwa masyarakat adat Kampung Naga menerima dengan terbuka teknologi dan perkembangan zaman, meski tidak mengunakan listrik di lingkungan dan tepat tinggalnya. Anak seumuran merekapun ternyata difasilitasi gawai/HP dengan baebagai game dan tontonan didalamnya, dan mereka juga sering menonton televisi terutama radio.
Dalam pengunaan alat-alat elektronik terutama gawai/HP dan senter penerangan, untuk pengisian dayanya mereka lakukan di Bantasari yaiitu sebuah tempat di atas/ luar Kampung Naga yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa rumah juga ternyata memiliki TV, tapi tidak menggunakan listrik melainkan mengunakan aki.
Dari mereka juga saya dapat mengetahui bahawa tingkat pendidikan masyarakat adat Kampung Naga masih kurang. Ternyata kebanyakan anak- anak atau remaja hanya lulusan bangkuSD- SMP, dan cukup jarang adanya yang menyandang pendidikan SMA. Namun tidak saya dapatkan informasi yang begitu detaol, karena kadang- kadang saat ditanya mereka seperti tidak mengerti dan berfikir lama untuk menjawabnya.
Namun dari penglihatan saya sendiripun, selama saya berkeliling di perkampungan ini saya tidak menemukan adanya gadis/remaja terutama seusia saya. Ternyata kebanyakan anak muda pergi merantau untuk berkerja keluar setelah lulus sekolah SMP. Karena rasa penasaran, saya mencoba bertanya tentang kebun berpagar yang saya temui tadi.