Cerita Nenek 90 Tahun Asal Ciranjang, Hidup Sebatang Kara Tinggal di Rumah Reyot

CIANJURUPDATE.COM, Ciranjang – Jubaedah (90) seorang nenek di Kampung Pasir Dawuan, Desa Mekargalih, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur hidup sebatang kara di rumah reyot yang nyaris ambruk.

Informasi yang dapat dihimpun, Jubaedah hidup sendirian sejak cerai dengan suaminya sekitar tahun 1985. Hingga sekarang ia tak nikah lagi dan tak memiliki keturunan.

Sejak itulah Jubaedah numpang hidup bersama kakak kandungnya. Namun pada 1990 kakaknya wafat meninggalkan Jubaedah.

Pada tahun 1998 Nenek Jubaedah dibangunkan rumah panggung berukuran 4×3 meter di lahan milik orang lain. Untuk tinggal di sana, ia tidak dipungut uang sewaan karena pembangunan rumah hasil swadaya masyarakat.

Untuk membiayai hidup dirinya sendiri, Jubaedah menjadi seorang kuli di sawah milik orang lain. Tapi bila sudah tidak musim kuli di sawah, ia hanya bisa diam di rumah menunggu belas kasihan para tetangganya.

Apalagi sekarang di usianya semakin bertambah dan sering sakit, ia hanya pasrah menunggu uluran tangan orang lain.

Ketua RW 09 Kampung Pasir Dawuan, Lukman mengatakan, saat ini Jubaedah dipindahkan ke rumah cucu kakaknya.

Ini dilakukan karena nenek tersebut sudah sakit sejak beberapa hari lalu. Selain itu tak ada siapa pun menemaninya tinggal di rumah reyot itu.

“Dua hari yang lalu Nenek Jubaedah masih bisa berjalan kaki keluar rumah menemui tetangganya. Sekarang sakit hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidur. Takut terjadi hal yang tidak diinginkan, nenek dievakuasi ke rumah cucu kakaknya,” kata Lukman, Minggu (28/11/2021).

Beruntungnya, Jubaedah menjadi penerima bantuan sosial (bansos). Selain itu ia juga sering menerima bantuan dari masyarakat berupa uang, beras, dan makanan lainnya.

Namun yang menjadi khawatir banyak pihak yaitu mengenai kondisi gubuknya yang sudah reyot nyaris ambruk. Apalagi saat musim hujan seperti sekarang, ditambah Nenek Jubaedah hidup sebatang kara.

“Sekarang untuk sementara dipindahkan ke rumah cucu dari kakaknya, karena sakit dan takut ketika tengah malam rumahnya ambruk,” tambahnya.

Diwawancara wartawan, Jubaedah menceritakan sudah puluhan tahun hidup sendirian mendiami rumah reyot. Bukan tak takut ambruk, tapi ia tidak tahu harus bagaimana dan ke mana harus pindah karena tidak punya anak kandung.(asi/rez)

Exit mobile version