Berita

Cerita Warga Cianjur yang Puasa Ramadan di Jepang

Rindu Suara Azan

Berbeda dengan di Indonesia, lamanya menahan lapar dan haus saat puasa di Jepang lebih panjang. Akmal bercerita, puasa di sana selisih dua jam dari Indonesia atau sekitar 16 jam.

“Terus masalah waktu itu juga kan beda. Di sini waktu puasanya lebih panjang dua jam dari Indonesia. Tapi kita mesti bersyukur, ‘oh ternyata begini ya rasanya berjuang mencintai Allah itu’. Tapi indah kok, setiap cinta kan butuh perjuangan,” katanya.

Ia pun berharap pandemi Covid-19 bisa segera usai. Terlebih ia ingin melaksanakan salat id di luar kota, karena di Shizuoka tidak ada masjid sama sekali.

“Pengen bisa dengerin suara azan yang lima kali sehari biasa didenger. Pengen bisa takbiran di masjid kalau lebaran. Pengen setiap sore bisa dengerin sholawatan meskipun kita lagi di jalan.” tukasnya.(afs/rez)

Laman sebelumnya 1 2

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button