Puluhan warga menjerit meminta tolong, bupatinya hilang bawa janji kosong
CIANJURUPDATE.COM – Beberapa daerah di Kabupaten Cianjur diterjang bencana banjir. Bencana tersebut terjadi setidaknya dua hari, yaitu 4-5 November 2022 di beberapa kecamatan yang berbeda. Sementara, yang terparah adalah banjir di Desa Cidamar, Kecamatan Cidaun, setidaknya ada 28 KK yang terdampak. Namun, cukup disayangkan karena Bupati Cianjur H Herman Suherman malah liburan sambil belajar alias Study Tour ke Museum Negeri Sumatera Utara Kota Medan, Sumatera Utara.
Rombongan bupati bersama kepala dinas se-Cianjur itu pelesiran sejak 4 sampai 6 November 2022. Tujuannya, untuk melakukan studi tiru tentang keberhasilan Sumatera Utara dalam hal pariwisata, agar Cianjur bisa menirunya. Apalagi, Sumatera Utara memiliki geografis yang cukup mirip dengan Cianjur yaitu pegunungan.
Tentu, tujuan studi tiru itu positif, jelas bagus untuk perkembangan pariwisata Cianjur. Namun, cukup disayangkan Bupati Cianjur tidak hadir untuk mengunjungi puluhan warga yang terdampak banjir, minimal memberikan senyuman manisnya agar warga merasa diperhatikan olehnya.
Pada 4 November 2022, Kecamatan Cianjur diterjang hujan deras disertai angin kencang. Pasar Muka Cianjur digenangi air dan beberapa barang di sana tersapu angin. Kemudian, bagian timur wilayah RSUD Cianjur tergenang banjir yang seharusnya wilayah rumah sakit bisa terbebas dari banjir. Dampak panjangnya tentu pada kesehatan.
Esok malam, 5 November 2022, beberapa desa di Kecamatan Cidaun diterjang banjir. Banjir menerjang dua kampung di Desa Cidamar. Dampaknya, ada tiga rumah yang terbawa banjir. Kemudian, 28 KK yang terdiri atas 86 jiwa terdampak. Hampir seratus warga yang terdampak banjir, tetapi Bupati Cianjur tidak bisa hadir di tengah musim bencana ini karena harus pergi ke luar Pulau Jawa untuk belajar tentang pariwisata.
Berbicara sedikit tentang pariwisata, Kabupaten Cianjur sebenarnya hanya perlu meningkatkan promosi dan jangkauan agar bisa dilihat oleh lebih banyak wisatawan luar negeri atau luar kota. Mulai dari membuat konten yang konsisten, beriklan ke media massa dengan traffic tinggi, beriklan ke sosial media atau Google Ads. Tetapi hal itu tidak dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur.
Hal itu yang membuat mengapa pariwisata kita jarang muncul di beranda Instagram, muncul di posisi paling atas Google, atau setidaknya muncul di iklan TikTok. Selain itu, Cianjur tidak punya ciri khas UMKM yang besar di daerahnya sendiri, makanya banyak wisatawan yang enggan ke Cianjur karena tidak ada yang unik atau berkarakter di sini, minimal souvenir atau pakaian.
Tetapi, ya sudahlah, mari kita lihat saja setelah studi tiru yang dilakukan pemerintah. Apakah akan ada perubahan? Jika tidak, sungguh disayangkan Bupati Cianjur malah pergi liburan (sambil belajar) sementara ada puluhan warganya yang menderita akibat bencana. Mengingat ada juga tiga rumah yang terbawa banjir di Cidaun, seharusnya bupati bisa memberikan bantuan langsung kepada mereka.
Mungkin di antara pembaca ada yang bilang, “Kan bupati mah tinggal memerintahkan bawahannya saja, nggak harus dateng”. Kata siapa nggak harus dateng? Ingatkah Anda pada tahun 2019 lalu? Beliau bersama simpatisannya datang kepada masyarakat dengan membawa janji, program, dan harapan kepada masyarakat.
Tentu tujuannya datang langsung adalah agar bisa terlihat bagaimana kepedulian beliau kepada masyarakat. Apalagi, ada juga yang sambil membawa sembako, membawa kaos, atau membawa apapun itu yang tentu bernilai untuk masyarakat. Tetapi sekarang, masyarakat harus berjibaku dengan bencana yang mengakibatkan kerusakan cukup parah, bersama bawahan bupati dan para kepala dinasnya.
Sementara pastinya, rombongan bupati dan para kadis itu bisa menikmati perjalanan, makan makanan khas Sumatera Utara, bersenda gurau, sambil memboyong oleh-oleh. Semoga warga yang terdampak bencana bisa segera terbantu, dan Pemkab Cianjur bisa sadar bahwa kehadiran pemimpin, adalah cerminan kepedulian.
Jangan hanya datang ketika butuh suara kepada masyarakat, jika ketika suara itu hanya dipakai untuk hal-hal yang terbilang sia-sia. Selama tiga tahun ini, Cianjur belum terlihat memiliki perubahan signifikan dalam banyak hal. Warga masih mengeluh aliran air perumdam yang mampet, banjir yang semakin sering terjadi, sekolah rusak, dan lain-lain.
Jangan cuma datang untuk memberikan janji perubahan dan pengembangan kepada masyarakat, apabila janji itu hanya digunakan untuk membeli suara. Suara yang kini menjerit meminta pertolongan, lirih memohon keselamatan. Berharap pemimpinnya tiba, memenuhi janjinya membuat Cianjur semakin baik.
Salam untuk orang-orang baik yang masih mau membantu warga terdampak bencana, meskipun hanya bersuara melalui sosial media.
Penulis: Afsal Muhammad (Redaktur Cianjur Update)