CIANJURUPDATE.COM – Belakangan ini cuaca di Indonesia lagi ekstrem banget, ya? Hujan deras disertai petir, angin kencang, dan gelombang tinggi terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Pasti pada bertanya-tanya kan, kenapa sih cuaca bisa separah ini? Nah, ternyata semua ini disebabkan oleh yang namanya kombinasi fenomena cuaca. Emang apaan tuh?
Kombinasi Fenomena Cuaca? Itu Apaan Tuh?
Well, menurut info dari laman resmi BMKG, kombinasi fenomena cuaca ini terdiri dari beberapa faktor, guys.
Di antaranya ada angin monsun Asia, fenomena La Nina lemah, gelombang ekuator seperti Rossby dan Kelvin, dan juga bibit siklon tropis.
Kombinasi dari semua fenomena ini yang bikin curah hujan di Indonesia meningkat drastis.
Emang Separah Apa Sih?
Parah banget, guys! BMKG memantau beberapa fenomena ini aktif banget dalam sepekan terakhir, dan dampaknya bikin curah hujan di Indonesia naik signifikan.
Akibatnya, potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang juga meningkat. Ngeri, kan?
BACA JUGA: Kebijakan Bulog Bikin Petani Merugi, Harga Gabah Terus Tertekan!
Bakalan Berlangsung Sampai Kapan Nih?
Sayangnya, guys, kondisi ini diprediksi masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan.
Angin monsun Asia diperkirakan masih akan bertahan setidaknya sampai akhir Februari 2025.
Terus, fenomena La Nina lemah juga diprediksi masih akan berlangsung sampai pertengahan tahun 2025. Waduh!
Nggak cuma itu, gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuator dan Kelvin yang bisa memicu pertumbuhan awan konvektif juga masih akan melintasi wilayah Indonesia beberapa hari ke depan.
Ditambah lagi, ada bibit siklon tropis yang aktif di wilayah selatan Indonesia dan memberikan dampak nggak langsung terhadap pertumbuhan hujan, khususnya di wilayah selatan Indonesia. Double whammy!
Gimana Nih di Sabang?
Nah, khusus buat wilayah Sabang, menurut penjelasan dari Kepala Stasiun Meteorologi Sabang, melalui prakirawan Halomoan Nasution, angin monsun Asia punya pengaruh paling besar.
“Untuk wilayah Sabang, angin monsun asia terlalu kuat dan sifatnya periodik pada musim timuran pada bulan Desember – Januari ini merupakan puncaknya. Gelombang equator juga ikut memperkuat kondisi yang disebabkan oleh angin mosun asia. Sedangkan untuk Lanina lemah tidak terlalu pengaruh pada wilayah ini”, ungkapnya.
Kondisi ini juga berpengaruh pada gelombang tinggi, guys. Apalagi Sabang kan daerah kepulauan, jadi cuaca ekstrem dengan gelombang tinggi bisa berdampak banget pada transportasi laut dan nelayan yang beraktivitas di sekitar Sabang.
Halomoan juga menghimbau masyarakat Sabang dan sekitarnya untuk berhati-hati, karena dampaknya nggak cuma dirasakan di perairan, tapi juga bisa menyebabkan pohon tumbang. Curah hujan yang tinggi juga bisa menyebabkan banjir dan tanah longsor.
BACA JUGA: Makan Bergizi Gratis Disebut Program Pemerintah yang Terburu-buru dan Perlu Evaluasi
Wilayah Lain Gimana?
Fenomena Gelombang Rossby Ekuator terpantau aktif di Samudra Hindia bagian barat, Riau bagian selatan, Jambi bagian utara, Selat Malaka, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian Utara, dan Samudra Pasifik utara Papua hingga timur laut Papua Nugini.
Sedangkan Gelombang Kelvin terpantau aktif di sebagian besar pulau Jawa bagian selatan, Bali, NTB, NTT, Sulawesi selatan bagian selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan, Maluku, dan Papua Selatan.
Bibit siklon tropis diprakirakan masih berada di Samudra Hindia Selatan Jawa Timur dan Samudra Hindia sebelah selatan NTT, yang berpotensi membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi). Sirkulasi siklonik juga terpantau di perairan barat Aceh.
Ada Kabar Baik Nggak Nih?
Tenang, guys! Ada kok kabar baiknya. Khusus untuk wilayah Sabang, kondisi ini diperkirakan akan berangsur membaik pada dasarian ketiga (setelah tanggal 20 Januari).
Tapi, meskipun begitu, BMKG tetap menghimbau masyarakat untuk tetap waspada.
Kalo mau beraktivitas, khususnya di wilayah perairan, selalu update informasi dari laman resmi BMKG, ya, biar terhindar dari hal-hal yang nggak diinginkan.