Debit Air Tinggi Jadi Berkah Tersendiri Para Pencari Pasir di Sungai Ciguntur Pacet

CIANJURTODAY.com, Pacet – Curah hujan dengan intensitas tinggi kerap menimbulkan beragam dampak lingkungan. Seperti bencana alam, banjir dan longsor.

Namun di sisi lain ternyata hal tersebut tidak berlaku bagi sebagian warga Kampung Ciguntur, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.

Pasalnya, dengan intensitas curah hujan tinggi itulah, air yang besar membawa keberkahan tersendiri bagi petani atau gurandil pencari pasir di sungai Ciguntur.

Derasnya air sungai Ciguntur membawa berkah bagi warga setempat. Sebab ketika air besar, ternyata membawa matrial pasir dari hulu sungai yang berada di kaki Gunung Gede.

Para warga yang mengadu nasib dengan mencari pasir di sungai Ciguntur tersebut sering mendapatkan banyak material pembawa Cuan. Karena jika di musim kemarau keuntungan itu menjadi sedikit bahkan tidak sama sekalipun.

BACA JUGA: Masyarakat Ciguntur Pacet Bangun Bak Sampah Secara Swadaya

Sehingga para pencari pasir membanting stir pekerjaan dikala musim kemarau dengan cara bertani, karena di wilayah Pacet bagus untuk bertani atau pekerjaan serabutan lainya.

Sebagian warga di Kampung tersebut melakukan pekerjaan mencari pasir mulai pukul 08.00 Wib hingga pukul 16.00 wib, terkadang kegiatan ini disambung kembali pada malam hari tatkala ramai pesanan dari para tengkulak pasir lokal.

Salah seorang petani pasir sungai Ciguntur Pacet, Dadang (49) mengatakan, ia profesi sebagai pencari pasir di Sungai Ciguntur dan telah menekuninya sejak 15 tahun silam.

“Kami lakukan mencari pasir di sungai ini kurang lebih hampir 15 tahun, itu juga kalau hujan turun sangat deras, sebab bila air sungai Ciguntur pasang pasti membawa butiran kubik pasir yang dibawa dari hulu sungai kaki Gunung Gede kedaerah aliran sungai ini,” ujarnya, Selasa (25/10/2022).

Menurutnya, satu hari biasnya ia kerap mendapatkan dua kubik bahkan lebih ketika usai hujan deras melanda.

“Iya kalau, di musim hujan kami sering dapatkan dua kubik bahkan lebih,” kata dia.

Dadang seorang kepala keluarga yang mempunyai anak 3 tersebut menuturkan, ia menjual hasil mencari pasir di sungainya kepenampungan pasir oleh tengkulak di bandrol dengan harga Rp180 ribu untuk tiap satu engkel (mobil truk kecil). Sementara tengkulak itu menjual ke konsumen sebesar Rp350 ribu.

“Jumlah Rp180 ribu terkadang dibagi dua lagi atau bagi paro dengan sesama penambang lain yang sama-sama mencari pasir di sungai ini,” ucap dia.

Sementara itu, lanjut Dadang, pada musim kemarau panjang, para pencari pasir sungai tidak melakukan aktivitas kerja mencari pasir, sebab tidak ada. Sehingga membanting stir dengan bertani atau kerja serabutan mencangkul di kebun orang.

“Yah paling-paling mengalihkan kegiatan lain menjadi buruh, mencangkul kebun sayur yang lokasi tersebut tidak jauh dari rumah untuk makan sehari-hari dan membiayai anak sekolah,” ujarnya.

Dirinya bersyukur masih menerima bantuan yang diberikan oleh Pemerintah. “Alhamdulilah kalau bantuan dari Pemerintah saya menerima PKH, BPNT,” tutup dia. (ren)

Exit mobile version