DeEP-F Resmikan Hunian Sementara Bagi Warga Terdampak Gempa Cianjur

“Ketika bencana terjadi semua entitas ini bergerak, maka tidak ada bantuan yang salah, semua benar. Tapi dari semua itu, kami coba memilih yang kira-kira ada ruang yang belum diisi kawan kawan karena makanan atau pakaian berlimpah. Kenapa kami bangun Huntara? Kan konsepnya hunia sementara, konsepnya satu tahun karena kami yakin recovery gak akan cepat,” tutur Rendy.
Menurut Rendy, karena bakal ditinggali cukup lama, Huntara Jannati juga dibangun secara permanen menggunakan material yang relatif tahan terhadap gempa susulan seperti penggunaan baja ringan dan papan GRC untuk dindingnya.
“Tanahnya juga kami plester serta atapnya memakai spandek. Sehingga dari sisi kesehatan pun, insya Allah Huntara Jannati menjadi hunian yang sehat,” ujarnya.
Nantinya, lanjut Rendy, setiap pengungsi yang akan tinggal di Huntara Jannati akan diverifikasi dan mendapatkan kartu. Lewat kartu tersebut, tim pemberdayaan kemudian akan melakukan verifikasi dalam upaya pemulihan ekonomi.
“Kita cek jalur pekerjaannya. Kalau bertani di mana misalnya, apakah dia bisa recovery atau ada bantuan pemerintah. Jadi, targetnya itu dia betul-betul bisa mandiri lagi, kembali ke kediamannya dan bisa melanjutkan hidup,” jelas Rendy.
Disinggung soal syarat untuk bisa menghuni Huntara Jannati, Rendy menyebutkan bahwa salah satu syarat calon penghuni adalah korban gempa Cianjur yang rumahnya rusak berat atau roboh serta tinggal di sekitar lokasi Huntara Jannati.
“Dengan ukuran 10×10 meter, maka satu Huntara ini nantinya kira-kira bisa menampung sebanyak 80 orang,” sebut Rendy seraya mengatakan bahwa pembangunan satu unit Huntara Jannati hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hari dan biaya sebesar Rp80 juta.