CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Empat kecamatan di Kabupaten Cianjur ternyata menjadi daerah yang berada dalam lintasan Lempeng Sesar Cimandiri. Keempatnya yakni Kecamatan Campaka, Cibeber, Bojongpicung, dan Haurwangi.
Untuk diketahui, Lempeng Sesar Cimandiri merupakan sesar atau patahan geser aktif yang terletak di bagian barat dari provinsi Jawa Barat.
Sesar ini memanjang mulai dari muara Sungai Cimandiri di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, lalu mengarah ke timur laut melewati Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Subang.
Sesar ini mengalami pertemuan dengan Sesar Lembang di wilayah Padalarang dan Sesar Baribis di Subang. Sebagai sesar aktif, sesar Cimandiri bergerak dengan kecepatan gesera 4-6 mm per tahun.
Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, M Irfan Sofyan mengatakan, patahan Cimandiri ini bertemu degan patahan di Padalarang dan juga Sesar Lembang.
“Ini melintasi empat kecamatan di Kabupaten Cianjur, yakni Campaka, Cibeber, Bojongpicung dan Haurwangi. Nantinya bersambung di Padalarang lalu Sesar Lembang,” tutur dia kepada Cianjur Update, Senin (19/4/2021).
Paling Aktif
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, secara garis besar sumber gempa-gempa di Jawa.
Termasuk Jawa Barat terdiri dari dua sumber yaitu dari Subduksi Selatan Jawa serta gempa-gempa yang berpusat di daratan yang di sebut Sesar atau Patahan.
“Sesar-sesar yang sudah teridentifikasi dengan baik diantaranya Sesar Citarik, Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Garsela serta Sesar Baribis,” tutur dia.
Dari sekian sesar yang ada di Jawa Barat, Sesar Cimandiri merupakan sesar yang paling aktif.
“Ini terbukti dari tingginya frekuensi gempa yang dihasilkan oleh Sesar Cimandiri ini. Puluhan gempa bumi terdeteksi dengan baik oleh jaringan seismograph BMKG,” ujarnya.
Bahkan, lanjut dia, angkanya bisa mencapai ratusan dalam setiap tahunnya. Sesar Cimandiri membentang mulai dari Teluk Pelabuhanratu-Sukabumi-Cianjur dan berujung di Wilayah Padalarang Kabupaten Bandung Barat.
“Sesar Cimandiri terbagi bagi menjadi beberapa segmen dan banyak pemukiman, sekolah, perkantoran serta aktivitas perekonomian di wilayah-wilayah tersebut,” jelas dia.
Teguh menyebut, karena fenomena gempa bumi sampai saat ini belum dapat dipredikasi kapan dan berapa besar kekuatannya yang akan terjadi. Maka dari itu, mitigasinyanya adalah bisa secara struktural maupun nonstruktural.
“Mitigasi struktural untuk bangunan atau insfrastuktur yang harus mengikuti building code dari dinas terkait,” kata dia.
Sedangkan, kata Teguh, mitigasi nonstruktural adalah dengan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat yang berada di sekitar sesar ini.
Warga harus mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, saat ataupun sesudah gempa bumi,l
“Saat silence seperti sekarang, maka kenali lingkungan dimana kita berada. Di rumah, di sekolah, di kantor, kemana arah evakuasi yang akan dituju jika tiba-tiba terjadi gempa bumi. Serta apa yang harus dilakukan saat merasakan guncangan,” jelas dia.
Riwayat Gempa Sesar Cimandiri
Dari sejarah kegempaan yang disebabkan oleh sesar ini, sudah beberapa kali terjadi gempa yang dirasakan dengan magnitudo yang bervariasi.
“Berdasarkan catatan sejarah kegempaan di Jawa Barat, pada tahun 1844 tepatnya 15 Februari wilayah Cianjur diguncang gempa bumi dengan skala MMI VII -VIII,” kata dia.
Kemudian, 14 Januari 1900, Sukabumi diguncang gempa bumi dengan skala MMI mencapai skala VII. 15 Desember 1910 wilayah Rajamandala juga diguncang gempabumi dengan skala MMI mencapai VI.
“Pada 11 Februari 1969 wilayah Sukabumi juga diguncang gempabumi dengan magnitudo 5.4 dengan kedalaman 57 kilometer dan dirasakan V MMI,” jelas dia.
Kemudian tahun 1982 tepatnya 10 Februari, Sukabumi diguncang gempabumi dengan magnitudo 5 5 dengan kedalaman 25 km dan dirasakan VI-VII MMI di Sukabumi dan Bogor.
“7 Desember 2000, Sesar Cimandiri juga memperlihatkan aktivitasnya dengan merelease gempabumi 5.1 dengan kedalaman 33 km dan dirasakan V-VI MMI hampir di seluruh wilayah Sukabumi. Menimbulkan kerusakan pada bangunan baik rusak berat hingga ringan,” tandasnya.(afs/rez)