CIANJURUPDATE.COM. Cianjur – Seorang perempuan asal Kampung Nagrak, Desa Nagrak, Kecamatan Cianjur, Rachma Sita Cahyani (19) memiliki pengalaman traumatis saat menumpangi angkot 06 kosong di Jl. Didi Prawirakusumah Desa Maleber, Kecamatan Karangtengah.
Saat itu Agustus 2018, perempuan yang sering disapa Neng ini sedang latihan Pramuka di Kwarcab Pramuka Cianjur di Jalan Pramuka, Karangtengah, Sukamulya, Kec. Cianjur hingga pukul 15.30, karena ingin pulang bersama temannya, Neng menunggu temannya namun tidak kunjung datang sampai memutuskan untuk pulang setengah jam kemudian.
“Ya sudah saya pulang aja sendiri, saat itu saya naik angkot 03 kalau gak salah karena ingin ke Maleber dulu, jadi turun di perempatan Bojong. Lalu setelah urusan selesai saya ingin pulang, akhirnya saya naik 06 karena dapat langsung ke Bale Rancage,” tuturnya saat diwawancara, Rabu (31/7/2019).
Sendirian Saat Penumpang Lainnya Mulai Turun
Neng menumpangi angkot 06 sekitar pukul 18.00, saat itu Neng berniat untuk menemui temannya di Joglo untuk menumpang mengisi baterai ponsel. Pada awal menumpangi angkot, ada tiga penumpang lain bersamanya.
Baca Juga:
“Beberapa saat kemudian, penumpang lain turun, jadi tinggal saya sendiri. Saya berpikir biasanya kalau penumpang tinggal sendiri itu akan diturunkan kalau ini enggak, tapi angkot itu ngetem dulu di Tugu Tauhid Masjid Agung Cianjur… Akhirnya saya merasa tenang karena sudah dekat,” ujarnya.
Namun, sopir angkot yang ditumpangi Neng menampakkan gerak-gerik mencurigakan. Sopir angkot itu berulang kali menengok ke belakang melihat dirinya.
“Saat itu angkotnya benar-benar kosong dan si sopir melihat-lihat ke saya terus. Dia nanya mau pulang ke mana ya saya jawab ke Nagrak tapi mau ke Joglo dulu mau ngecas. Katanya, gak takut apa main sampai maghrib? Ya saya jawab abis ada kegiatan karena saya saat itu dengan pakaian pramuka lengkap,” kenangnya.
Sopir Menawarkan Mengantar Sampai Rumah
Kemudian, si sopir angkot menawarkan Neng untuk diantar langsung ke rumahnya dengan biaya Rp10 rb. Namun, Neng menolak karena ingin dijemput oleh ayahnya. Namun, angkot tersebut malah lanjut jalan dan mengajak Neng untuk ikut jalan-jalan. Ia juga sempat minta turun di depan Dinas Kesehatan Cianjur namun tidak diperbolehkan.
“Setelah beberapa saat, saya sudah sampai di Bale Rancage, saya pun minta turun tapi tidak diturunkan sama sekali. Saya sontak takut dan menangis karena saat itu hampir isya, lalu saya nekat mau melompat dalam keadaan mobil yang masih jalan tapi tangan saya terus menerus ditarik oleh sopir angkot tadi, Ponsel saya sudah jatuh dengan topi yang saya pake,” kata dia.
Neng Melompat Dari Angkot Yang Sedang Melaju
Akhirnya Neng melompat di Jalan Adi Sucipta dengan posisi jatuh punggung terlebih dulu namun tangan kiri Neng masih di pegang oleh si sopir hingga Neng terseret beberapa meter.
“Saya pun berteriak minta diberhentikan dan minta dilepaskan, akhirnya dilepaskanlah tangan saya lalu kabur sambil membawa barang-barangnya yang jatuh tadi. Saya lari ke arah Polsek namun bodohnya malah terus lari sampai kosan teman saya sambil menangis dengan kondisi kaki berdarah dan punggung lebam,” ucapnya.
Setelah kejadian tersebut, Neng tidak pernah lagi naik angkot karena trauma jika mengalami kejadian serupa. Ia lebih sering diantar-jemput oleh orang tuanya. Bahkan, keesokan harinya Neng tidak masuk sekolah selama dua hari dan banyak melamun.
“Bayangkan, kalau saya tidak nekat lompat dari angkot waktu itu mungkin saya udah enggak ada di rumah. Meskipun sopir angkotnya sendiri, siapa tahu ada temen-temennya di suatu tempatkan. Bukan suudzon tapi waspada,”
Neng pun berpesan kepada semua orang khususnya perempuan untuk waspada saat berpergian sendiri dan waspada saat memilih kendaraan yang ingin ditumpangi. Lebih baik ikut turun jika jadi penumpang terakhir apalagi kalau sore dan malam, kalau bisa dijemput oleh keluarga agar lebih aman.
“Intinya jangan sampai kita menjadi orang terakhir yang turun di angkutan umum itu meskipun tujuan kita terhitung masih jauh. Nyawa tidak ada bandingan nya dengan apapun, apalagi hanya dengan ongkos yang tidak lebih dari Rp10 ribu.” tutupnya. (ct1)