Harga Pangan Tiba-Tiba Naik di Cianjur, Apa Solusi Pemerintah?

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Isu kenaikan harga BBM mempengaruhi terhadap harga bahan pangan dan bahan bangunan yang kini mulai naik di Kabupaten Cianjur. Masyarakat kini semakin sulit mendapatkan makanan yang bergizi dan berkualitas.

Kabar yang paling ramai adalah harga telur ayam yang kini melonjak Rp35 ribu per kilogram. Harga ini merupakan yang palin tinggi selama beberapa tahun terakhir.

Pemilik Kios Bakso dan Toko Bangunan asal Cianjur, Royhan Fauzan Adhima (20) mengatakan, saat ini harga bahan pangan yang naik mempengaruhi modal dan omzet. Kini keuntungan semakin berkurang sementara kebutuhan terus bertambah.

Kios Bakso Royhan biasa mengeluarkan modal sebesar Rp1,5 juta per dua hari. Sebelumnya, Royhan bisa mendapatkan omzet Rp300-500 ribu per dua hari.

Kini, omzet Royhan berkurang karena dampak kenaikan harga pangan di pasaran. Ia menyebut beberapa bahan untuk bisnis baksonya mulai merangkak naik.

Toko Bangunan Barokah dan Kios Bakso milik Royhan Fauzan Adhima (20) di Desa Nagrak, Cianjur.(Foto: Afsal Muhammad/cianjurupdate.com)

Royhan menyebut, bahan pangan yang naik adalah tepung terigu yang awalnya seharga Rp7 ribu per kilogram kini menjadi Rp10 ribu. Kemudian, daging ayam yang awalnya Rp29 ribu per kilogram kini di kisaran Rp35 ribu. Selanjutnya, daging sapi yang semula seharga Rp120 ribu per kilogram, kini jadi Rp135 ribu.

“Ya strategi agar tetap mendapatkan omzet, kami menambah modal. Yang awalnya Rp1,5 juta jadi Rp1,7. Juga, kami menghrangi porsi dan masyarakat saya rasa sudah memahami hal itu,” kata dia kepada Cianjur Update, Kamis (25/8/2022).

Hal serupa dialami Toko Bangunan Barokah yang dimiliki Royhan. Belanja mingguan yang awalnya Rp3 juta kini harus ditambah menjadi Rp4 juta.

Harga beberapa bahan bangunan pun merangkak naik. Besi-besian kini yang awalnya seharga Rp23 ribu sampai Rp65 ribu per batang, kini menjadi Rp30 ribu sampai Rp75 ribu per batang.

Menurut Royhan, yang paling memukul adalah harga semen. Semen yang awalnya berada di kisaran Rp47 ribu per sak, kini menjadi Rp59 ribu.

“Omzet per bulan dulu bisa Rp2,5 juta sekarang paling Rp1,5 juta. Dipengaruhi konsumen juga ramai atau nggak,” ucap dia.

Baca Juga: Harga Telur di Cianjur Naik, Imbas Isu Kenaikan Harga BBM?

Makanan Sehat Makin Sulit Didapat Masyarakat

Menurut dia, bahan bangunan lainnya pun naik meskipun tidak signifikan. Biasanya, Royhan membeli bahan bangunan dari distributor atau toko bangunan yang lebih besar.

“Alasan kenaikan harga itu ke isu BBM naik akhirnya jadi ikut naik semua. Harapannya sih, harga bahan pangan dan BBM bisa stabil,” ucap dia.

Harga pangan yang naik pun dikeluhkan masyarakat Cianjur. Cep Hernawan (46) misalnya, warga Desa Nagrak, Cianjur ini mengaku terpukul dengan harga pangan yang naik.

“Karena pendapatan seorang wiraswasta atau buruh harian belum ada kenaikan. Berarti tambah sedikit yang harus dibeli karena penghasilan belum bertambah,” ucap dia.

Pedagang daging ayam di Pasar Induk Cianjur.(Foto: Afsal Muhammad/cianjurupdate.com)

Cep mengaku sudah menduga, dengan mencuatnya isu BBM yang naik, akan membuat harga pangan naik. “Pasar pasti wanti-wanti mereka udah mengumpulkan modal duluan menghadapi kenaikan BBM,” ungkap dia.

Atas kenaikan harga ini, menurutnya mau tidak mau harus mengurangi barang yang dibeli. Bahkan, terpaksa menyampingkan makanan gizi seimbang, karena lebih mengedepankan perut kenyang.

Sehingga, ia menilai saat ini masyarakat semakin sulit mendapatkan makanan gizi seimbang. Buah-buahan kini harus dianggap sebagai makanan sekunder dan condong pada makanan yang asal mengenyangkan.

“Seharusnya pemerintah mengawasi dan mengontrol tentang kenaikan ini. Dan, siapa yang menaikan harganya?” ungkap dia.

Baca Juga: Ferdy Sambo Dipecat Tidak Hormat dari Polri, Terbukti Melanggar Kode Etik

Apa Solusi Pemkab Cianjur Menghadapi Kenaikan Harga Pangan?

Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian (Diskoperdagin) Kabupaten Cianjur, Tohari Sastra menilai wajar ketika isu harga BBM naik membuat harga sembako ikut naik.

“Itu memang biasa otomatis kalau memang BBM naik sembako akan naik. Sama seperti, kalau ada isu kenaikan gaji itu pasti naik pasti memang berpengaruh bagi jual beli,” jelas dia dihubungi Jumat, (26/8/2022).

Hingga saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur belum melakukan upaya yang lebih signifikan dalam membantu masyarakat menghadapi kenaikan harga pangan. Menurut Tohari, kenaikan harga ini terjadi secara berantai.

“Sementara kami hanya memantau dan kepada setiap distributor sembako dan memohon agar jangan sampai harga terus melambung karena memang berantai dari distributor pengecer dan sebagainya,” kata Tohari.

Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian (Diskoperdagin) Cianjur Tohari Sastra.(Foto: Afsal Muhammad/cianjurupdate.com)

Tohari menilai, saat ini yang masih menjadi perbincangan adalah harga telur ayam yang mencapai Rp35 ribu per kilogram. “Memang kalau soal telur bukan hanya di Cianjur,“ ucap Tohari.

Dirinya menilai, terdapat beberapa faktor yang membuat harga telur melonjak tinggi. Salah satunya adalah harga pakan ayam yang dinilai mahal.

“Selain itu juga dari peogram BPNT banyak yang memborong telur otomatis telur berkurang. Distributor bilang telur sudah banyak yang dipesan dari yang dapat BPNT,” jelas Tohari.

Ia berujar, saat ini pemerintah pusat tengah mengkaji soal harga telur ayam ini. Dalam menangani masalah harga telur ayam, Pemkab Cianjur belum membuat solusi signifikan untu membantu masyarakat.

“Kami hanya memantau dulu berkoordinasi dengan pihak peternakan memang imba dari masalah ini banyak ayam yang sebelum bertelor sudah dipotong,” kata dia

“Mudah-mudahan dengan secepatnya harga sembako jangan naik terus kalau bisa turun, agar masyarakat bisa menjangkau pembelian,” tutup dia.(afs)

Exit mobile version