Opini

Hari Pahlawan, Mengenal Raden Prawatasari Pahlawan di Cianjur

Hari Pahlawan: Jati Diri Haji Prawatasari

Jadi diri Haji Prawatasari hingga saat ini masih belum jelas, apakah ia keturunan Dalem Cikundul Cianjur, keturunan Raja Panjalu, atau Keturunan Raja Jampang Manggung.

Maka sepertinya wajar tokoh yang sejaman dengan Bupati Cianjur Aria Wiratanu II ini juga bergelar Aria Salingsingan yang artinya tokoh yang identitasnya simpangsiur. 

Sebagian besar sejarawan Sunda sendiri meyakini ia lahir dan dibesarkan di tanah Jampang.

Kalaupun tidak dilahirkan di Jampang, setidaknya ia dibesarkan dan tumbuh menjadi seorang ulama di daerah yang terkenal sebagai pusat pelatihan militer (akademi militer) para jagabaya (prajurit Kerajaan Pajajaran) tersebut.

Ketika kecil Prawatasari dikenal dengan julukan Raden Alit.

Bisa jadi istilah alit (dalam bahasa Sunda berarti kecil) mengacu kepada 2 arti: ia merupakan anak paling kecil (bungsu) dalam struktur keluarganya atau karena sifatnya yang selalu bergaul dengan para “kawula alit” (rakyat kecil).

Sebuah kondisi yang memberinya pengaruh besar untuk menjadi seorang pemberontak terhadap segala bentuk kezaliman.

Hari Pahlawan: Pemberontakan Berlangsung Tahun 1703

Suriningrat dikisahkan bahwa pemberontakan Haji Prawatasari kepada Belanda berlangsung antara 1703-1706.

Tokoh dengan nama kecil Raden Alit / Dalem Alit ini mulai menyerang pos Belanda pada bulan Maret 1703, ia terpanggil untuk mengusir Belanda karena saat itu rakyat Cianjur terkena beban tanam paksa pohon Tarum yang menjadi kebijakan Belanda yang menjajah Kabupaten Cianjur.

Haji Prawatasari memusatkan perlawanannya didaerah Jampang (Kemungkinan bukan Jampang Cianjur Selatan, akan tetapi gunung Jampang Manggung di Cikalong Kulon) ia didukung dengan 3000 santri.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button