CIANJURUPDATE.COM – Hujan deras yang melanda Dubai dan kota-kota lain di Uni Emirat Arab (UEA) memicu banjir besar, mengguncang salah satu negara penguasa minyak terbesar di dunia.
Meskipun rekayasa cuaca dan perubahan iklim menjadi sorotan, infrastruktur saluran air yang kurang optimal turut menjadi penyebab mendasar meningkatnya risiko banjir.
Seiring intensitas cuaca ekstrem yang semakin meningkat, tantangan pembenahan infrastruktur semakin mendesak.
BACA JUGA: Banjir Luapan Drainase di Jalan Raya Cimacan Cipanas Cianjur Buat Kendaraan Sulit Melintas
Peristiwa banjir yang terjadi pada Selasa (16/4/2024) mengejutkan banyak pihak. Data statistik mencatat bahwa curah hujan tertinggi dalam 75 tahun terakhir menjadi pemicu utama bencana tersebut.
Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Cianjur, Siti Ai Fatimah (42), memberikan pandangannya terhadap respons masyarakat Dubai terhadap bencana banjir yang melanda.
Menurutnya, masyarakat setempat tidak merespon bencana dengan kepanikan atau kekhawatiran yang berlebihan. Sebaliknya, mereka nampak lebih menerima dan bahkan menikmati momen hujan lebat tersebut.
BACA JUGA: Kampanye Akbar Anies Baswedan di Cianjur Dibanjiri Massa
“Rata-rata masyarakat di sini tidak meratapi bencana banjir yang menimpa Dubai bahkan seperti ikhlas dan lebih ke have fun, bahkan mereka lebih bermain hujan-hujanan lalu bermain speedbot dan selfie juga,” ungkap Ai.
Pandangan tersebut diamini oleh keheranan atasannya sendiri, yang mempertanyakan mengapa banyak orang Indonesia terlalu ingin tahu terhadap urusan orang lain, termasuk bencana banjir yang terjadi di Dubai.
Bagi mereka, bencana merupakan bagian dari takdir yang harus diterima dengan ikhlas.
BACA JUGA: Pemkab Cianjur Luncurkan Aplikasi MODIS untuk Antisipasi Banjir
“Saat cuaca panas dan jarang hujan, mendadak turun hujan lebat seperti ini memang menjadi momen yang menyenangkan bagi masyarakat di sini. Ini menjadi kesempatan bagi mereka untuk menikmati suasana yang berbeda,” tambah PMI yang baru satu tahun tinggal di Dubai itu.
Kemudian, Siti juga menyoroti bahwa dalam kondisi seperti itu, sikap masyarakat setempat yang menerima dan bahkan menikmati bencana tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh kebiasaan cuaca yang selalu panas dan jarang hujan.
Sehingga, saat terjadi hujan lebat, hal itu dianggap sebagai momen yang spesial dan disambut dengan sukacita.