CIANJURUPDATE.COM, Pekalongan – Lagi-lagi jagad maya heboh dengan berita viral di tengah-tengah bencana banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Kali ini, air banjir yang menerjang Kota Pekalongan, Jawa Tengah pada Selasa (19/1/2021) lalu itu memiliki warna air yang tak biasa, yaitu berwarna hijau.
Padahal lumrahnya, warna air saat terjadi banjir di Indonesia berwarna keruh coklat atau agak bening. Setelah ditelusuri, air banjir yang berwarna hijau itu terjadi karena mengandung tanaman yang dikenal dengan istilah mata lele atau duckweed.
“Banjir warna hijau, karena air membawa tumbuhan bernama mata lele. Biasanya mata lele ini berada di tambak-tambak, rawa, ataupun bekas sawah dan cekungan yang ada genangan airnya,” ujar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Kota Pekalongan, Dimas Arga Yudha kepada wartawan, Minggu (24/1/2021).
Dimas menjelaskan, tanaman paku mata lele itu berukuran sangat kecil dan tumbuh sangat cepat di air. Tanaman ini biasanya digunakan warga untuk campuran pakan ternak dan banjir berwarna hijau itu hanya terjadi di beberapa titik di Kota Pekalongan.
“Sebenarnya tidak saja di Clumprit. Mata lele ini ditemukan juga di wilayah Kelurahan Panjang, Pabean, dan Bandengan. Karena mata lele ini cukup cepat tumbuhnya,” kata Dimas.
Seperti dilansir dari KKP.go.id, melalui tulisan yang diunggah Balai Riset Budaya Ikan Hias, Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, duckweed atau mata lele masuk dalam kategori tanaman paku-pakuan di dalam air. Mata lele juga kerap dijadikan pakan ikan.
Tanaman ini juga disebut terdiri dari 14 jenis atau spesies. Meski begitu, tak semua jenis mata lele bisa dimanfaatkan. Justru dari 14 spesies yang ditemukan, jenis Azolla lah yang paling populer untuk pakan ikan.
Tak heran, jika mata lele ini disebut memiliki nilai nutrisi yang tinggi, terutama protein. Kandungan proteinnya bahkan bisa sebanyak 40 persen dari berat keringnya.
Selain kandungan protein yang baik, tumbuhan ini memiliki keunggulan dapat dikultur dengan biaya murah karena bisa tumbuh di air limbah yang mengandung unsur hara tinggi. Tanaman ini juga merupakan agen fitoremediasi untuk mengolah limbah cair, membersihkan air dari unsur-unsur hara dan bahan pencemar lainnya, seperti bahan organik, nutrien, dan logam berat.
Sementara di beberapa negara termasuk Indonesia, mata lele masih digunakan sebagai pakan ikan, China justru telah mengembangkan mata lele untuk tanaman herbal dannobat-obatan.
Lebih lanjut, merujuk Peneliti Pusat Penelitian (Puslit) Limbologi LIPI, Tjandra Crismadha tumbuhan ini bersifat kosmopolitan atau bisa tumbuh di mana saja di daerah tropis, terutama pada perairan tergenang di ketinggian rendah.
Tak hanya itu, mata lele atau duckweed juga disebut bisa tumbuh dengan cepat bahkan disebut-sebut bisa mencapai 40 persen per hari. Meski begitu duckweed atau Mata Lele bukan jenis tanaman berumur panjang.
Maksimal dia hanya bisa hidup sekitar 10 hari dan mampu menghasilkan hingga 20 anakan yang menempel pada induknya.(sis)