Berita

Heliana Sinaga Apresiasi Novel “Cinta, Kopi, dan Kekuasaan: Kesaksian Nyai Apun Gencay” Karya Saep Lukman

BACA JUGA: Nyanyi Kopi Dangdut, Maarten Paes Curi Perhatian Sebelum Latihan Timnas Indonesia Jelang Pertandingan Melawan Timnas China

“Petani Priangan yang biasanya berhuma dengan rotasi, dipaksa menetap dan wajib tanam kopi, menelantarkan tanaman kebutuhan mereka sendiri,” ujar Tosca.

“Satu keluarga dijatah tugas 1.000 batang kopi. Hasilnya harus dijual ke Belanda, lewat para bupati, dengan harga yang ditentukan VOC sendiri. Petani yang menolak, menghadapi risiko penjara dan aniaya,” sambungnya.

Kisah Melankolis

Novel ini membawa pembaca ke desa Nyalindung yang terselubung kabut pegunungan, menghadirkan perjalanan hidup Apun Gencay dalam pergulatan cinta, tradisi, dan ketidakadilan sosial. Dengan narasi yang introspektif, Saep Lukman menyulam kisah Apun dengan kelembutan puitis, menjadikan setiap paragraf terasa seperti doa yang mengalun.

BACA JUGA: Kayapa Kopi Cianjur Hadir Menjadi Tempat Santai Sambil Menikmati Kopi Berkualitas dan Buku-Buku Terpilih

Di tengah lanskap kebun kopi yang subur namun menyimpan ketimpangan kekuasaan, Apun menyaksikan bagaimana rakyat kecil seperti ibunya, Ambu, dan para buruh tani harus berjuang melawan kesewenang-wenangan kolonialisme saat itu.

Tokoh Yudira kemudian hadir sebagai elemen perubahan, mewakili generasi muda yang berani melawan ketidakadilan. Namun, perjuangannya tidaklah hitam-putih. Ia dan para tokoh lain digambarkan sebagai manusia dengan kekuatan dan kelemahan, menyadarkan pembaca bahwa perlawanan sejati memerlukan kebijaksanaan, bukan sekadar amarah.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button