International Women’s Day! Raden Siti Jenab, Tokoh Perempuan Cianjur yang Aktif Sebarkan Pendidikan Untuk Kaum Hawa

CIANJURUPDATE.COM – Memperingati International Women’s Day, kita harus ingat tentang tokoh perempuan asal Cianjur yang mampu menyebarkan pendidikan dan memperjuangkan kaum hawa.

Raden Siti Jenab namanya, ia adalah tokoh perempuan yang dilahirkan di Kota Cianjur pada tahun 1890. Keluarganya memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap nilai-nilai pendidikan.

Ayahnya, yang bernama Raden Martadilaga, memiliki keturunan dari keluarga Patih Purwakarta, yaitu R Raden Dipamanggala dan R Martadilaga. Sedangkan ibunya, Nyi Raden Siti Mariah, memiliki hubungan keluarga dengan priyayi Brebes, Jawa Tengah.

Pendidikan Raden Siti Jenab dijalani di Sekolah Raden Dewi Sartika atau Sakola Istri atas rekomendasi RA Cicih Wiarsih (Juag Cicih), anak semata wayang Bupati Cianjur RAA Prawiradireja II. Selama masa pendidikan di sana, ia mendapat bimbingan langsung dari Dewi Sartika, pendiri Sakola Istri.

BACA JUGA: Bumi Ageung, Saksi Perumusan Pembentukan Tentara PETA di Cianjur

Setelah menyelesaikan pendidikan, Siti Jenab kembali ke Cianjur. Ia prihatin dengan ketidaksetaraan kesempatan pendidikan antara kaum perempuan dan laki-laki.

Pada akhir abad ke-19, sistem pendidikan Pemerintah Hindia Belanda hanya diperuntukkan bagi laki-laki dan keluarga pribumi elit, dengan tujuan membentuk tenaga terdidik yang murah.

Menyaksikan kondisi tersebut, Raden Siti Jenab memiliki kesadaran dan tekad untuk meningkatkan status kaum perempuan melalui pendidikan. Atas pemikirannya itu, ia pun kerap dikenal sebagai tokoh perempuan berpengaruh di Cianjur

Mengenalkan pendidikan bagi kaum perempuan secara berkeliling dengan mendatangi rumah-rumah, antar kampung, dan antar desa di Kota Cianjur adalah upaya awalnya.

BACA JUGA: Sosok di Balik Nama SDN Ibu Dewi dan Ibu Jenab Cianjur

Meskipun memiliki darah bangsawan, Raden Siti Jenab tidak segan membantu kaum perempuan mendapatkan akses pendidikan gratis.

Sistem pendidikan dan sosial yang diperkenalkan oleh Belanda membuat para perempuan yang baru lulus sekolah dasar tidak memiliki kebebasan. Mereka hanya sibuk dengan urusan domestik.

Dengan ilmu yang didapatnya di Sakola Istri Dewi Sartika, Raden Siti Jenab mengajarkan berbagai mata pelajaran seperti Bahasa Sunda, Bahasa Melayu, Bahasa Belanda, Berhitung, dan Pendidikan Bukdi Pekerti. Selain itu, ia juga mengajarkan keterampilan praktis seperti membatik dan merenda.

Meskipun banyak mendapat cemoohan dari kalangan bangsawan, Raden Siti Jenab tetap tekun dalam mendirikan sekolahnya.

BACA JUGA: Tokoh Muhammadiyah Cianjur, Kisahkan Istana Kepresidenan Cipanas Tempo Dulu

Dukungan dari Juag Cicih, yang sebelumnya merekomendasikan Raden Siti Jenab untuk bersekolah di Bandung, membantu dalam pembangunan Sekolah Jenab.

Sekolah tersebut, yang merupakan perpaduan antara Sakola Istri Dewi Sartika dan Sekolah Keutamaan Siti Ayu Lasminingrat, menjadi salah satu sekolah terkenal di Tatar Parahyangan.

Murid-murid pertama di Sekolah Jenab berjumlah 27 orang, mereka adalah gadis-gadis yang telah menyelesaikan sekolah dasar 3 tahun.

Meskipun awalnya banyak mendapat cemoohan dari kalangan bangsawan, Raden Siti Jenab tidak terpengaruh dan terus berusaha melewati rintangan.

BACA JUGA: Cianjur Dikenal Dengan Kota Santri, Begini Sejarah Lengkapnya

Usahanya memajukan kaum perempuan melalui pendidikan berhasil, dan sekolah yang ia dirikan terus berkembang hingga zaman penjajahan Jepang.

Nama sekolah itu berubah beberapa kali, dan saat ini menjadi Sekolah Dasar Ibu Jenab.

Usulan untuk menjadikan Raden Siti Jenab sebagai pahlawan nasional diterima baik oleh sejumlah tokoh di Cianjur, termasuk Bupati Cianjur, Herman Suherman.

Dalam memperingati International Women’s Day, kita wajib mengingat perjuangan para tokoh perempuan, termasuk Raden Siti Jenab yang mengubah pendidikan Cianjur dan Indonesia.

Exit mobile version