CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Cianjur sudah dikenal sebagai desa pertanian dan perkebunan. Mengingat, luasnya hamparan pertanian dan perkebunan yang kini menghidupi sebagian besar masyarakatnya.
Sekretaris Desa Ciputri, Deki Afrizal mengatakan, pertanian sayur menjadi yang paling berpotensi. Mulai dari wortel, kentang, cabai, dan lain sebagainya.
“Masyarakat kami profesinya itu 75 persen petani dan sayur mayur adalah komoditas yang paling berpotensi di sini,” ujar dia kepada Cianjur Update, Kamis (22/7/2021).
Selain sayuran, Desa Ciputri juga memiliki sejumlah usaha lain, seperti stroberi, teh, dan kopi.
“Untuk sayuran, kami menjual ke luar daerah juga seperti Jakarta, Tangerang, dan Bogor. Kalau buah stroberi kami jual ke Jakarta, Tangerang, dan luar negeri juga,” jelasnya.
Desa dengan luas 363 hektar ini pun, memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bisa menampung hasil olahan tani masyarakat. Bahkan, produk dari perusahaan pertanian pun dijual di BUMDes.
“Kami juga bekerja sama dengan BUMDes. Produk perusahaan hingga hasil olahan masyarakat dapat disimpan di sana,” terangnya.
Beberapa negara pun, lanjutnya, sudah pernah mengunjungi desa ini, mulai dari Malaysia hingga Jepang. Biasanya mereka lebih tertarik untuk buah stroberi dan kopi.
“Sayur juga penjualannya ada online dan bisa dikirim ke rumah langsung dengan cepat. Karena kami sudah memiliki marketplace,” ucapnya.
Dengan luas lahan pertanian total sekitar 200 hektar lebih, masyarakat Desa Ciputri ada yang menjadi buruh tani dan ada juga yang memiliki lahan sendiri.
“Karena perusahaannya milik orang luar Cianjur, tapi ada juga yang memiliki lahan di sini. Sebanyak 60 persen punya lahan sendiri dan 40 persen jadi buruh tani,” bebernya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 dinilai berdampak pada proses pertanian dan perkebunan di Desa Ciputri. Khususnya dalam hal distribusi pesanan.
“Masyarakat itu mengeluh soal orderan. Karena jalur ke Jakarta ditutup akibat PPKM Darurat, jadi kadang petani mengirim saat tengah malam,” paparnya.
Untuk BUMDes, pihaknya sudah membuat kesepakatan dengan perusahaan yang ada. Melalui Peraturan Desa, pihaknya menerima 15 persen hasil penjualan dalam setahun.
“Selama pandemi ini, kami terbantu dari penjualan sayur dengan sistem online. Alhamdulillah, BUMDes masih berjalan atau kadang pengunjung yang datang ke sini,” tuturnya.
Ia menerangkan, BUMDes tersebut sudah berdiri sejak 2018. Namun, pengurusnya baru genap setahun, karena pergantian kepala desa.
“Harapan kami, mudah-mudahan pemerintah bisa membantu masyarakat dan petani kami untuk pupuk dan keperluan pertanian lainnya,” tandasnya.(afs/sis)