Jatah Oksigen Terbatas, Petani Ikan di Jangari Keluhkan Harga Ikan Turun
Hendra menjelaskan, terbatasnya jatah oksigen, membuat petani ikan di Jangari tidak bisa panen secara maksimal.
Tak heran jika banyak petani memilih untuk menunda panen di tambak dan menunggu jatah oksigen kembali normal, meskipun tidak tahu kapan itu akan terjadi.
“Otomatis kalau sudah begini, ikan sudah tidak masuk dalam kebutuhan pasar, sebab ukurannya sudah terlalu besar. Hal itu juga mengakibatkan harga ikan turun dari yang semula Rp25 ribu per kilogram menjadi Rp20 ribu per kilogram,” ungkapnya.
Saat ini, kata Hendra memang serba dilema. Karena mau panen, oksigen untuk kantong distribusi ikan tidak ada. Kalau dipaksakan dikirim, ikan juga tidak akan bertahan dan malah akan mati.
“Kalau ditunda panennya, nanti ukuran ikan sudah tidak bisa masuk ke pasaran. Harga jadi turun dan hasil yang didapat juga hanya cukup untuk menutupi biaya produksi, jadi kami tidak punya untung,” imbuhnya.
Selain itu, Hendra mengaku, ia tidak keberatan jika oksigen lebih diprioritaskan untuk kebutuhan medis, mengingat lonjakan kasus Covid-19 di Cianjur.
Tapi, sambungnya, ia pun berharap stok oksigen bisa ditingkatkan, supaya petani ikan juga tidak kelabakan seperti saat ini.
“Harapan saya dan para petani ikan, semoga situasi ini segera normal. PPKM Darurat cepat berakhir dan tidak akan diperpanjang lagi,” pungkasnya.(ren/sis)