CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Para petani ikan di Waduk Jangari, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur kini tengah kebingungan dengan terbatasnya jatah oksigen, sejak PPKM Darurat mulai diberlakukan.
Pasalnya, pasokan oksigen bagi petani kini beralih dan lebih banyak dipasok untuk pelayanan medis dan pasien Covid-19.
Petani ikan di Jangari, Hendra mengatakan, oksigen juga sangat dibutuhkan petani untuk mendistribusikan ikan ke berbagai tempat saat panen tiba.
Sebab, lanjutnya, kurangnya pasokan oksigen ini membuat petani tak bisa banyak memanen ikan, karena khawatir ikan tanpa oksigen akan cepat mati.
“Kalau panen dan pendistribusiannya itu kan butuh oksigen untuk kantong ikannya. Tidak bisa diisi hanya angin biasa, karena ikan bisa mati saat perjalanan. Makanya, jatah oksigen yang berkurang ini membuat kami merugi,” ujar Hendra kepada Cianjur Update, Selasa (6/7/2021).
Menurutnya, dalam satu hari, petani ikan di Jangari membutuhkan sekitar 50 tabung berukuran besar dengan isi tabung seberat 100 kilogram.
Dalam satu tabung tersebut, cukup untuk 300 kantong ikan dengan total berat tiga ton.
“Jadi dalam sehari itu produksi ikan di Jangari bisa mencapai 150 ton. Dengan hitungan tiga ton produksi butuh satu tabung oksigen. Jadi sehari itu kami kurang lebih membutuhkan 50 tabung oksigen untuk kantong ikan,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Hendra, bandar yang biasanya mendapatkan pasokan 20 tabung gas, kini hanya dapat lima tabung saja.
“Turunnya drastis kang, karena dibatasi dari agennya. Menurut informasi, stok sedang dialihkan untuk kebutuhan medis,” terangnya.
Hendra menjelaskan, terbatasnya jatah oksigen, membuat petani ikan di Jangari tidak bisa panen secara maksimal.
Tak heran jika banyak petani memilih untuk menunda panen di tambak dan menunggu jatah oksigen kembali normal, meskipun tidak tahu kapan itu akan terjadi.
“Otomatis kalau sudah begini, ikan sudah tidak masuk dalam kebutuhan pasar, sebab ukurannya sudah terlalu besar. Hal itu juga mengakibatkan harga ikan turun dari yang semula Rp25 ribu per kilogram menjadi Rp20 ribu per kilogram,” ungkapnya.
Saat ini, kata Hendra memang serba dilema. Karena mau panen, oksigen untuk kantong distribusi ikan tidak ada. Kalau dipaksakan dikirim, ikan juga tidak akan bertahan dan malah akan mati.
“Kalau ditunda panennya, nanti ukuran ikan sudah tidak bisa masuk ke pasaran. Harga jadi turun dan hasil yang didapat juga hanya cukup untuk menutupi biaya produksi, jadi kami tidak punya untung,” imbuhnya.
Selain itu, Hendra mengaku, ia tidak keberatan jika oksigen lebih diprioritaskan untuk kebutuhan medis, mengingat lonjakan kasus Covid-19 di Cianjur.
Tapi, sambungnya, ia pun berharap stok oksigen bisa ditingkatkan, supaya petani ikan juga tidak kelabakan seperti saat ini.
“Harapan saya dan para petani ikan, semoga situasi ini segera normal. PPKM Darurat cepat berakhir dan tidak akan diperpanjang lagi,” pungkasnya.(ren/sis)