CIANJURUPDATE.COM – Jawa Barat menghadapi krisis kesehatan akibat tingginya angka perokok anak.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, provinsi ini mencatat jumlah perokok anak tertinggi di Indonesia.
Sebanyak 20% remaja berusia 15-19 tahun aktif merokok, sementara 75% lainnya mengaku pernah mencoba rokok.
Fakta ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait dampak jangka panjang terhadap kesehatan generasi muda.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat menegaskan pentingnya penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai salah satu strategi pengendalian tembakau.
BACA JUGA: Harga Rokok Naik 1 Januari 2025, Berikut Daftar Lengkapnya
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, dr Rochady Hendra Setya Wibawa, mengungkapkan bahwa efektivitas KTR masih rendah karena banyak masyarakat yang tetap merokok di tempat umum.
“Kami terus mendorong optimalisasi KTR di berbagai gedung, baik instansi pemerintah, BUMN, maupun swasta. Ini bukan sekadar larangan merokok, tetapi juga perlindungan bagi masyarakat yang tidak merokok, termasuk anak-anak,” jelas Rochady dilansir jabarprov.go.id, Jumat (21/2/2025).
Menurutnya, upaya sosialisasi KTR perlu diperkuat dengan pembentukan satuan tugas khusus yang bertugas mengawasi dan menegakkan aturan ini.
Selain itu, ia menekankan bahwa KTR bukan berarti memaksa seseorang berhenti merokok, melainkan menyediakan ruang merokok yang sesuai agar asapnya tidak mengganggu orang lain.
Ketua No Tobacco Community (NOTC), Bambang Priyono, turut mendukung upaya ini dan menyoroti perlunya kebijakan lebih ketat, termasuk pelarangan iklan rokok di reklame.
BACA JUGA: 38,69 Persen Perokok Rata-rata Habiskan 60 Batang per Minggu
“Angka perokok di Jabar sangat mengkhawatirkan, terutama di kalangan anak-anak. Jika tidak dikendalikan, dampaknya akan sangat merugikan kesehatan dan masa depan mereka,” tegas Bambang.
Sementara itu, Dinkes Jabar juga mendorong puskesmas sebagai pusat rehabilitasi bagi mereka yang ingin berhenti merokok.
Rochady menambahkan bahwa pengendalian rokok di Jawa Barat memerlukan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha.
Dengan angka perokok anak yang terus meningkat, langkah konkret seperti pengawasan KTR yang lebih ketat, pembatasan promosi rokok, serta edukasi sejak dini menjadi krusial.
Pemerintah harus segera mengambil tindakan nyata agar generasi muda tidak semakin terjerumus dalam bahaya rokok.