KLIK CIANJUR, Takokak– Sejumlah warga Desa Waringinsari Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur harapkan ada perbaikan jembatan Lewi Muning penghubung antar Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Sukabumi.
Jembatan gantung Leuwi Muning sendiri merupakan akses warga satu-satunya, setiap hari dilintasi warga untuk melakukan aktivitas belanja ke pasar Sagaranten dan aktivitas lainya. Tak hanya itu saja, Jembatan tersebut menjadi akses utama pelajar untuk berangkat sekolah.
Baca Juga: Tak Ada Jembatan, Pelajar Cianjur Selatan Rela Seberangi Sungai Demi Sekolah
Jembatan Gantung Dengan Kondisi Memprihatinkan
Jembatan gantung tersebut sudah berumur hampir 20 tahun, terbuat dari besi dengan menggunakan lantai kayu. Dengan kondisi saat ini sudah sangat memprihatikan, banyak kayu yang sudah rapuh, dan membahayakan bagi warga yang melintas.
Salah satu warga Kampung Sukarama, Asep Mustopa (26) mengaku sering melewati jembatan gantung tersebut.
Baca Juga: Jembatan Apung Terpanjang di Jawa Barat Sudah Diresmikan Dengan Nama Ki Jagabaya
“Saya kalau belanja kan lewat jembatan Leuwi Muning kalau ke Pasar Sagaranten. Karena kalau ke Pasawahan, jaraknya sangat jauh,” ungkap dia, Jumat (4/11/2022).
Asep berharap, agar segera ada perbaikan jembatan dan bisa diakses oleh mobil, untuk mempermudah akses ekonomi masyarakat.
“Harapan kami agar segera dibangun jembatan yang bisa dilewati mobil lah. Karena jembatan itu (Lewi Muning) menjadi akses satu-satunya masyarakat untuk beraktivitas,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Desa Waringinsari, Nadir Muharam Abdurahman mengatakan akses tersebut memang menjadi satu-satunya akses warga untuk melakukan aktivitas. Bahkan, ketika musim hujan seperti saat ini, jembatan tersebut sangat berbahaya ketika dilalui.
“Kalau musim hujan licin. Jembatannya kan menggunakan lantainya dari kayu, apalagi saat ini kondisinya sudah rapuh,” kata dia.
Nadir mengungkapkan, sering juga warga yang melintas terpeleset akibat jembatan yang licin.
“Selalu ada saja warga yang ketika melintas terpeleset, akan tetapi Alhamdulillah tidak sampai jatuh ke sungai,” ucap dia.
Jembatan tersebut menjadi akses warga pasalnya jarak tempuh ke Pasar Sagaranten lebih dekat, hanya memakan waktu 30 menit.
“Kalau ke Sagaranten itu lebih dekat. Sementara kalau harus belanja ke Pasawahan, jarak tempunya 1,5 jam menggunakan sepeda motor. Belum lagi kan jalannya yang jelek jadi memerlukan waktu yang lama juga,” kata dia.
Menurutnya, jembatan tersebut ketika diperbaiki hanya dilakukan oleh swadaya masyarakat, menggunakan dana dari iuran masyarakat.
“Karena kalau menggunakan anggaran dari desa kan tidak ada untuk jembatan itu. Jadi warga secara swadaya gotong royong, ada yang sumbangsih beras, dan lainnya,” tuturnya.
Baca Juga: Gudang Rongsokan di Warungkondang Terbakar
Lanjut Nadir, pihak desa dari kepala desa yang sebelumnya sudah melakukan pengajuan untuk perbaikan jembatan. Namun, hingga saat ini belum juga ada respon dan realisasi dari pihak terkait.
“Kalau pengajun sudah sering dilakukan, bahkan dari kades yang sebelum saya. Kami berharap agar segera ada perbaikan, dan kalau bisa, jembatan tersebut dibuat agar bisa dilalui mobil,” paparnya.
(ren)