Kasus Pemukulan ASN DLH, Itda Cianjur Sebut Gara-gara Mobil

Selain mendengarkan keterangan kedua belah pihak, DPRD juga meminta adanya pola pembinaan pegawai yang efektif di lingkungan pemerintahan. Agar permasalahan terkait kekerasan ASN, kedisiplinan dan perilaku pegawai bisa teratasi seminimal mungkin.
“Ternyata ada pola pembinaan yang salah, harus ada hal-hal yang berubah. Sehingga di lingkungan pegawai bisa saling menghargai. Jadi Pola pembinaan harus sinkron dengan badan-badan pembinaan yang lain,” ujar Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Cianjur, Isnaeni.
Pemukulan Dianggap Lumrah
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan Limbah B3 DLH Cianjur, Neneng Rostiantie mengatakan, dua pegawai yang berada di bidangnya itu merupakan orang lapangan. Sehingga, mereka biasa bergelut dengan hal yang sifatnya sensitif.
“Jadi cepat terpancing, padahal itu hal yang biasa saja saat saling ledek, saling ejek kalau di lapangan,”ujar Neneng.
Secara mengejutkan, Neneng juga mengatakan, bahwa kejadian kekerasan seperti itu adalah hal yang lumrah terjadi dan menjadi konsumsi setiap saat di lingkungan pegawai bila bekerja di lapangan.
“Saling gebuk seperti itu sudah hal yang lumrah. Cuma mungkin karena videonya hanya sepotong. Padahal mereka sudah saling salaman dan itu hal biasa,” terangnya.
Ia pun mengakui bahwa itu adalah kebiasaan yang buruk. Namun, ia menganggap pihak pemerintahan harus memakluminya bila pegawai lapangan berperilaku seperti itu.
“Kitanya yang sebaiknya harus memaklumi orang-orang lapangan seperti itu. Cuma yang saya sayangkan, mungkin karena viralnya itu sampai tersebar ke Nasional. Lalu ada istilah ASN dan TKS-nya itu,” tambahnya.(ren/arm/sis)