CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Foto Kereta Kencana Jaya Sasana Dalem Cikundul yang terpajang di halaman Pendopo Cianjur dicat dengan warna merah beredar di sosial media. Diduga kereta kencana tersebut dicat ulang dengan warna yang berbeda dari aslinya.
Foto itu diposting oleh akun Facebook Aang Paw. Akun itu tersemat foto kereta kencana Pendopo Cianjur yang telah dicat merah dengan foto berwarna asli.
“BENERKAH KERETA KENCANA DI CAT MERAH. MAKSUDNYA GIMANA YA” tulis akun Aang Paw.
Hal tersebut pun memancing reaksi ratusan warganet Cianjur di kolom komentar. Banyak di antara mereka menyayangkan hal tersebut. Apalagi, kereta kencana itu dinilai merupakan bagian dari sejarah.
Seperti yang disampaikan akun Erlis Sri Herlina. Ia berpendapat, kereta kencana memiliki nilai sejarah baik bentuk ataupun warna.
“Kereta kencana mempunyai nilai sejarah baik bentuk maupun warna, warna asal lebih elegan seperti kemewahan kerajaan dahulu. Lamun di bereumkeun kitu siga sado biasaaa bebas di warnaan. Mangga pakar sejarah teh caricing wae,” tulis dia.
Di sisi lain, akun Danil Mustofa membahas mengenai sejarah kereta kencana itu. Dirinya menilai, Kereta Kencana Jaya Sasana Dalem Cikundul itu dibuat oleh Mas Yono.
“KERETA KENCANA “JAYA SASANA” DALEM CIKUNDUL Dibuat oleh Mas Yono pada masa pemerintahan Bupati Tjetjep Muchtar Soleh dan Wakil Bupati Dadang Sufianto, Kerangka Kereta di beli dari Yogyakarta, menggunakan Kayu jati Super Pituin Cianjur yang konon menurut pengrajin Ukir jati di wilayah Cianjur dan Sukabumi berkualitas bagus,” tulisnya.
Tanggapan Budayawan Soal Kereta Kencana Cianjur Dicat Merah
Sementara itu, Budayawan Cianjur RM Yusuf Wiradiredja menjelaskan secara aspek filosofis dan estetika pun sudah tidak lazim apabila dicat merah. Sebab, kereta kencana identik dengan warna emas.
“Dari sisi bentuk atau estetika, kereta kencana identik dengan warna emas. Karena secara historis memang beberapa bagian tertentu dibuat dari emas,” jelas dia kepada wartawan, Selasa (16/8/2022).
Sehingga, Yusuf menyebut bahwa kereta kencana Cianjur yang dicat merah sangat tidak lazim. Ketidaklaziman tersebut terlihat dari sisi historis dan filosofis.
“Dari aspek estetikanya pun tidak lazim,” ungkap dia.
Fenomena kereta kencana Cianjur yang dicat merah ini, menurutnya, sangat menarik sekaligus mengecewakan. Yusuf menyebut, hal ini menunjukan bahwa petinggi Cianjur kehilangan marwah kebudayaan.
“Ini sudah menjadi rahasia umum, adanya warna merah sudah identik dengan kepentingan politik pragmatis,” ungkap dia.
Ketika marwah kebudayaan sudah telah tergantikan oleh politik pragmatis, maka akan sangat berbahaya. Baik dalam aspek pengembangan, maupun pelestarian kebuayaan.
“Artinya bahwa kebudayaan dalam konteks kekinian dijadikan kendaraan politik,” ungkap dia.
Tidak hanya soal kereta kencana, pria yang akrab disapa Yus Wiradiredja ini pun mempertanyakan mengapa Cianjur semakin memerah dalam berbagai hal. Bahkan, ia menyebut, tidak pernah ditemukan fenomena ini di daerah lain.
“Di daerah lain belum ada, malah yang lebih anehnya, di Cianjur malah jadi warna merah semua. Ini jelas, walaupun orang awam ketika melihat merah itu langsung berpikir ke politik,” sebut dia.
Sehingga, ketika kereta kencana Cianjur berubah menjadi warna merah, Yus menyebut hal itu sebagai hal yang memalukan dan memprihatinkan. Apalagi Cianjur pernah menjadi pusat pemerintahan Priangan di masa Hindia-Belanda.
“Saya sebagai pegiat budaya, saya sangat prihatin sekaligus memalukan. Kenapa? Karena kita tahu bahwa Cianjur 1815 sampai 1864 menjadi pusat pemerintahan Priangan,” jelas dia.
“Artinya kalau kita melihat dari sisi keberadaan Cianjur itu kenapa Hindia-Belanda memilih Canjur dapat dipastikan bahwa Cianjur itu sarat akan potensi sumber daya,” imbuh dia.
Ia pun menyebut bahwa kereta kencana Cianjur yang berubah menjadi warna merah sebagai hal yang naif. Ia pun berpesan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk belajar dari sejarah tentang nilai kebudayaan Cianjur yang sebenarnya.
“Termasuk para legislator, bukan hanya duduk manis dengan gaji besar tanpa memikirkan rakyat yang harus didengar. Sehingga, mereka bisa menjadi pilar yang membuat legilator secara keberasamaan untuk melihat realitas Cianjur yang sampai saat ini semkain terpuruk dari berbagai aspek,” ungkap dia.
“Dengan lemahnya nilai kebudayaan, ekonomi ribet, IPM merendah, jelas itu akibat ketidakpahaman dan ketidakmengertian nilai budaya Cianjur,” tutup dia.(afs)
Berita Terkait