Berita

Kisah Ketangguhan Relawan Bencana di Cianjur, Dibayar Karena Allah, Sekuat Tenaga Melakukan Penyelamatan

Cepi pun bercerita saat menangani kejadian longsor di Cimanggu Sumedang yang memakan korban sebanyak 40 orang. Bahkan ada anggota BPBD dan anggota Danramil setempat tertimbun longsor, termasuk ada juga seorang relawan yang meninggal dunia.

“Kami di sana sudah 10 hari, sampai kami sudah jenuh, tapi dengan pergerakan dari teman-teman relawan serta kerja sama yang kuat, rasa jenuh itu hilang dengan cepat. Alhamdulillah tertangani semua walau ada mayat yang sudah hancur dan tidak utuh,” ungkapnya.

Cepi mengatakan, setiap penyelamatan dilakukan sangat hati-hati dan semua relawan wajib mengetahui fungsi peralatan, medan bencana, serta apa yang harus dilakukan ketika ada kendala tak terduga.

“Jadi intinya sebelum kita menolong orang lain, pastikan dahulu diri kita aman atau tidak. Karena jika mengancam nyawa kita, tidak boleh dipaksakan,” jelasnya.

Cepi menyebut, menjadi relawan itu tidak dibayar dengan uang atau materi, tapi yang menggaji itu nanti adalah langsung dari Allah Swt.

“Satu lagi bayaran paling mahal bagi saya, yaitu melihat keluarga korban yang kita tolong bisa tersenyum, bisa tertawa, dan bisa berkumpul kembali dengan anggota keluarganya. Subhanallah, jadi relawan itu benar-benar harus dari hati,” ucapnya.

Di awal terjun ke dunia relawan, Cepi mengungkapkan, jika keluarganya sempat kurang setuju, karena ibaratnya bidang yang ia geluti ini, risikonya adalah nyawa. Akan tetapi, dengan penjelasan dan kebulatan hatinya menjadi relawan, akhirnya keluarga pun mengerti.

“Alhamdulillah saat ini keluarga sudah mau mengerti dan mendukung penuh. Hanya saja harus menunaikan kewajiban, sebagai seorang kepala keluarga, ingat shalat lima waktu, dan fokus saat penanganan bencana di manapun,” tandasnya.(ct6/sis)

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button