CIANJURUPDATE.COM, Ciranjang – Kisah pilu Nenek Een (80) warga Kampung Sipon RT 05/01 Desa Sindangjaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, yang hidup sebatang kara.
Saat ini, wanita renta itu mendiami Gubuk reyot ukuran 3×2 meter, milik orang lain. Tak tanggung nahas, Nenek Een sekarang tergolek lemas karena menderita penyakit jantung hingga kedua kaki tangannya membengkak. Untuk makan dan minum sehari – hari ia hanya menunggu belas kasihan orang lain dan para tetangganya.
Nenek Een menerangkan, ia hidup seorang diri sejak dua anaknya serta suami meninggal dunia 15 tahun yang lalu.
Baca Juga: Puluhan Keluarga di Desa Cipanas Terima Bantuan Rutilahu Rp17,5 Juta
Selama hidup sendirian, untuk menyambung hidupnya, Nenek Een harus rela menjadi seorang tukang pijat. Biasanya ia bekerja dari rumah ke rumah atau dipanggil orang lain. Upah hasil memijat orang itu dibelikan beras dan ikan asin untuk makan sehari-hari.
Namun sayangnya, 2 tahun belakangan Nenek Een berhenti menjadi tukang pijit karena sudah sepuh dan sering sakit-sakitan. Setelah hasil pemeriksaan medis, ternyata Nenek Een menderita penyakit jantung yang sudah kronis, hingga ke dua kaki dan tangannya membengkak. Sekarang Nenek yang tinggal sebatang kara di cianjur itu hanya bisa pasrah dan menunggu belas kasihan orang lain.
“Sekarang Nenek hanya bisa pasrah ada yang ngasih makan pasti makan kalau tidak makan. Namun beruntung ada tetangga yang bernama Ude sekarang diakui anak sama nenek. Karena tiap hari memberi makan, minum dan mencuci pakian Nenek yang sudah kotor,” cap Nenek Een kepada Cianjur Update, Jumat (27/5/2022).
Nenek Een Perlu Bantuan Donatur
Sementara itu, salah seorang warga yang mengurus Nenek Een setiap hari, Kang Ude (45) menambahkan, Nenek Een memang Hidup sebatang kara, sejak dua anak beserta suaminya telah pulang ke Rahmatullah mendahuluinya.
Saat masih aktif menjadi tukang pijat, Nenek Een diperbolehkan menghuni lain. Meski sudah reyot ia terlihat betah tinggal di sana. Namun, lantaran kondisi kesehatan yang memburuk belakangan ini, ia tidak bisa mencari nafkah. Dan hanya mengandalkan belas kasihan orang lain untuk makan sehari-hari.
“Sejak udzur dan sakit, nenek semakin repot. Tepatnya 5 bulan ke belakang, Nenek Een tinggalnya kami pindahkan ke rumah yang permanen dan jambannya ada di dalam rumah. Karena diam di Gubuk Reyot itu, jambannya di luar gubuk,” terangnya.
Sedangkan untuk makan dan minum masih tetap menunggu belas kasihan orang lain, maka dengan itu ia berharap ada orang yang berbaik hati menjadi agnia.
Baca Juga: Tak Punya Biaya, Korban Kesetrum Listrik di Warungkondang Butuh Bantuan
“Bila memiliki rizki lebih mohon sisihkan untuk Nenek Een. Sekecil apapun rizki yang kau berikan itu nyawa bagi Nenek Een,” pungkasnya.(asi)