Gubuk sederhana itu telah menjadi rumah bagi pasangan paruh baya tersebut selama tiga bulan terakhir.
BACA JUGA: Tragedi Gantung Diri di Cianjur: Pria Paruh Baya Tewas
Terbuat dari kayu bekas dan kenteng, dengan atap terpal yang berlubang, kondisi tempat tinggal mereka hanya sedikit lebih baik dari tanah lapang.
“Saya awalnya ngontrak, tapi rumahnya hancur oleh gempa kemarin dan saya tidak mendapat bantuan. Kami membuat rumah sederhana ini sendiri dengan apa yang ada,” ujar Nenek Nana, sambil duduk bersila di dalam gubuk itu.
Kehidupan sehari-hari mereka dipenuhi dengan kesusahan. Suaminya bekerja sebagai buruh serabutan, dan kadang-kadang, ketika pekerjaan tak ada, mereka harus menahan lapar.
BACA JUGA: Gubuk Reyot Milik Nenek Yani di Ciranjang Ambruk Diguyur Hujan
“Kami hanya punya sedikit uang untuk membeli kayu, paku, dan peralatan lainnya,” tambahnya.
Kondisi gubuk yang tak memiliki penerangan listrik PLN membuat kehidupan pasutri paruh baya ini semakin sulit.
Mereka bergantung pada lampu minyak tanah dan harus menggunakan WC umum untuk keperluan mandi.
BACA JUGA: Gubuk Reyot Dibongkar, Warga Haurwangi Bangunkan Rumah untuk Dian
“Tidak ada listrik, jadi kami hanya menggunakan lampu minyak tanah. Kami juga tidak memiliki kamar mandi, jadi harus pergi ke WC umum,” jelas Nenek Nana.