Berita

Kisah Ramzi Umar, Hijrah dari Narkoba Usai Masuk Pesantren Bina Akhlak Cianjur

Selain sabu, Ramzi juga bercerita pernah memakai narkoba jenis putaw. Bersama dua orang temannya, ia memakai Putaw yang menggunakan jarum suntik.

Ia kerap mendapat giliran pertama. Tanpa berpikir panjang dampak yang akan pada dirinya, ia terus nekad melakukannya. Padahal, risiko terkena penyakit HIV/Aids kemungkinan besar sangat tinggi tertular padanya saat itu.

“Waktu pake putaw, tangan diiket sabuk sampai kenceng banget dan merah. Baru itu obat disuntikin terus ditarik dan masukin lagi sampai tiga kali. Seharian itu bisa gak sadar-sadar, gak inget apa-apa,” terangnya.

Kisah Ramzi Umar, Hijrah dari Narkoba

Ramzi Umar mengaku kehidupannya sangat kacau dan membuatnya kembali pulang ke rumah orang tuanya. Namun karena sang ayah terus mempertanyakan kehidupannya, Ramzi pun kabur ke Jakarta.

“Di Jakarta masih pake obat kayak ectasy. Kalau gak punya uang atau cuma sedikit, ya pake obat warung,” paparnya.

Tubuh Ramzi saat di Jakarta sangat menyedihkan. Badannya kurus kering karena sering memakai obat-obatan dan narkoba. Akhirnya, ia kembali pulang lagi ke Subang bertepatan sang ibu baru pulang dari Timur Tengah.

“Mamah pulang dari Timur Tengah dan nanyain sampai kapan mau begini terus, kalau gini terus, mamah gakan anggap anak,” imbuh Ramzi memperagakan ucapan sang ibu.

Ramzi pun akhirnya dikirim untuk mondok di Pesantren di Gontor, Jawa Timur. Namun, saat itu ia belum memiliki niat bulat untuk berubah dan pergi dari dunia narkoba.

Bahkan, dalam perjalanan selama mondok, ia masih memakai obat-obatan. Akhirnya ia pun dikirim orang tuanya ke Pondok Pesantren Bina Akhlak di Desa Babakankaret, Cianjur.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button