Berita

Kisah Ramzi Umar, Hijrah dari Narkoba Usai Masuk Pesantren Bina Akhlak Cianjur

“Sempet kaget, kok malah dibawa ke Cianjur, ke Pesantren Bina Akhlak ini. Saat awal-awal, masih pake obat, karena niat untuk berhenti juga masih setengah-setengah. Jadi mikirnya masih bisa terus make obat,” tuturnya.

Ramzi mengungkapkan, saat datang ke Ponpes Bina Akhlak ini pada 2015 lalu. Ramzi pun mulai beraktivitas bersama para pecandu lainnya. Ia mengaku awalnya sangat sulit untuk berhenti dan lepas dari kecanduan narkoba.

“Obat susah berhenti, pas di sini pernah juga make, masih nyari-nyari. Bisa berhenti itu, karena udah gak bisa dapet lagi obat. Tapi gak sampe sakau kayak pecandu lain. Karena ada yang sakau itu sampe meninggal,” bebernya.

Ramzi mengungkapkan, yang lebih sulit lagi adalah ketergantungannya terhadap sabu. Ia mengaku, hal itu yang paling sulit untuk ia hentikan.

“Sugestinya kalau liat sabu pasti pengen, susah ngilanginnya kalau sabu, mahal kan. Kalau ada temen, ya kadang minta sedikit-sedikit kalau sekarang bisa berhenti total,” ujarnya.

Di Hari Anti Narkotika Internasional ini, ia berharap para pengedar dan pengguna saat ini bisa berubah. Namun, kuncinya adalah keinginan kuat untuk berubah dan dukungan keluarga.

“Mereka bisa berubah, jika ada kemauan keras untuk berubah. Mereka harus pindah dari lingkungan mereka, pesantren juga belum cukup, karena harus ada kemauan yang kuat,” jelasnya.

Pria yang kini menetap di Cianjur ini mengatakan, para pengguna harus berani keluar dari lingkungan yang membawanya ke dalam lubang narkoba.

“Lingkungan juga, harus berani pindah. Direhab di sini kita benar-benar dilatih untuk bisa lepas dari narkoba dengan berbagai kegiatan positif,” jelasnya.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button