Klarifikasi Kereta Kencana Dicat Merah, Bupati Cianjur: Itu Kan Sudah Jelek

CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Bupati Cianjur  H Herman Suherman mengklarifikasi mengenai Kereta Kencana Jaya Sasana yang dipajang di Pendopo Cianjur dicat warna merah. Ia menyebut, tujuan pengecatan itu untuk menonjolkan badak putih.

Herman mengatakan, cat lama kereta kencana tersebut sudah usang dan banyak yang retak. Sehingga dilakukan pengecatan ulang

“Gini, itu kan sudah jelek, sudah pada retak, biasa sebelum ngecat itu dimeni (didempul) terus dicat,” kata dia dihubungi Cianjur Update, Kamis (18/8/2022).

Dirinya pun menjelaskan, di bagian depan kereta kencana ada badak putih yang menjadi identitas Cianjur. Maka, ia mengaku ingin menonjolkan badak putih.

“Nah itu kan kereta itu badak, di Cianjur identik dengan badak putih. Saya ingin menempelkan catnya cat putih karena badaknya badak putih,” ungkap dia.

Sehingga, ia menjelaskan bahwa mereka yang menyebarkan informasi mengenai kereta kencana dicat merah ini adalah pihak yang tidak senang dengan Pemerintah Kabupaten Cianjur.

“Itu mah gosip dari mereka yang tidak senang dengan pemda, kebakaran jenggot, apapun digoreng, klarifikasi dulu atuh,” tegas dia.

Dirinya menegaskan, cat kereta kencana Cianjur tidak dicat dengan warna asli seperti semula. Melainkan, menonjolkan warna putih di bagian badak.

“Nggak, kita ingin menonjolkan badak putih, jadi badaknya putih,” tutup dia.

Baca Juga: Kereta Kencana Cianjur Dicat Merah, Budayawan: Politik Pragmatis

Budayawan Cianjur Prihatin dengan Kereta Kencana Dicat Merah

Kereta Kencana Cianjur Dicat Merah, Budayawan: Politik Pragmatis.(Foto: Istimewa)

Sementara itu, Budayawan Cianjur RM Yusuf Wiradiredja menjelaskan secara aspek filosofis dan estetika pun sudah tidak lazim apabila dicat merah. Sebab, kereta kencana identik dengan warna emas.

“Dari sisi bentuk atau estetika, kereta kencana identik dengan warna emas. Karena secara historis memang beberapa bagian tertentu dibuat dari emas,” jelas dia kepada wartawan, Selasa (16/8/2022).

Sehingga, Yusuf menyebut bahwa kereta kencana Cianjur yang dicat merah sangat tidak lazim. Ketidaklaziman tersebut terlihat dari sisi historis dan filosofis.

“Dari aspek estetikanya pun tidak lazim,” ungkap dia.

Fenomena kereta kencana Cianjur yang dicat merah ini, menurutnya, sangat menarik sekaligus mengecewakan. Yusuf menyebut, hal ini menunjukan bahwa petinggi Cianjur kehilangan marwah kebudayaan.

“Ini sudah menjadi rahasia umum, adanya warna merah sudah identik dengan kepentingan politik pragmatis,” ungkap dia.

Ketika marwah kebudayaan sudah telah tergantikan oleh politik pragmatis, maka akan sangat berbahaya. Baik dalam aspek pengembangan, maupun pelestarian kebuayaan.

“Artinya bahwa kebudayaan dalam konteks kekinian dijadikan kendaraan politik,” ungkap dia.

Tidak hanya soal kereta kencana, pria yang akrab disapa Yus Wiradiredja ini pun mempertanyakan mengapa Cianjur semakin memerah dalam berbagai hal. Bahkan, ia menyebut, tidak pernah ditemukan fenomena ini di daerah lain.

“Di daerah lain belum ada, malah yang lebih anehnya, di Cianjur malah jadi warna merah semua. Ini jelas, walaupun orang awam ketika melihat merah itu langsung berpikir ke politik,” sebut dia.

Sehingga, ketika kereta kencana Cianjur berubah menjadi warna merah, Yus menyebut hal itu sebagai hal yang memalukan dan memprihatinkan. Apalagi Cianjur pernah menjadi pusat pemerintahan Priangan di masa Hindia-Belanda.

“Saya sebagai pegiat budaya, saya sangat prihatin sekaligus memalukan. Kenapa? Karena kita tahu bahwa Cianjur 1815 sampai 1864 menjadi pusat pemerintahan Priangan,” jelas dia. 

“Artinya kalau kita melihat dari sisi keberadaan Cianjur itu kenapa Hindia-Belanda memilih Canjur dapat dipastikan bahwa Cianjur itu sarat akan potensi sumber daya,” imbuh dia.

Ia pun menyebut bahwa kereta kencana Cianjur yang berubah menjadi warna merah sebagai hal yang naif. Ia pun berpesan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk belajar dari sejarah tentang nilai kebudayaan Cianjur yang sebenarnya.

“Termasuk para legislator, bukan hanya duduk manis dengan gaji besar tanpa memikirkan rakyat yang harus didengar. Sehingga, mereka bisa menjadi pilar yang membuat legilator secara keberasamaan untuk melihat realitas Cianjur yang sampai saat ini semkain terpuruk dari berbagai aspek,” ungkap dia. 

“Dengan lemahnya nilai kebudayaan, ekonomi ribet, IPM merendah, jelas itu akibat ketidakpahaman dan ketidakmengertian nilai budaya Cianjur,” tutup dia.(afs)

Exit mobile version