CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC) sebagai rumah budayawan Cianjur menilai, Cianjur masih kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) ahli atau pakar di sejumlah bidang, terutama kaitannya dalam pelestarian budaya di Cianjur.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Lembaga Kebudayaan Cianjur (LKC), Abah Ruskawan. Menurutnya, Cianjur butuh keterlibatan ahli di bidang kebudayaan dan perlu pakar di bidang pertanian, peternakan, seni, pendidikan, hingga keagamaan.
“LKC itu hanya mediator dan fasilitator, namun memang saat ini SDM ahli di Cianjur masih sangat kurang. Meskipun demikian, kami tetap bekerja sesuai program kerja dan memberdayakan SDM yang ada, serta menjadikan hambatan sebagai motivasi,” ujar Abah kepada Cianjur Today, Selasa (16/3/2021).
Abah yang menjabat sebagai Ketua LKC untuk periode 2020 sampai 2025 itu terus menyusun program kerja bersama setiap divisi dalam memajukan LKC dalam waktu lima tahun ke depan.
“Kami memberikan keleluasaan kepada setiap divisi untuk membuat organisasi ini bisa berjalan mulus sesuai dengan program budaya di Cianjur,” jelasnya.
Abah mengatakan, program yang dibuat oleh semua divisi di LKC harus wajar, rasional, terukur, serta sesuai dengan kebudayaan Cianjur.
“Sehingga nanti, jika masih ada kekurangan budgeting, paling tidak nanti bisa diupayakan pada berbagai komponen dan kebijakan. Baik itu dari kabupaten, provinsi, maupun pusat,” tuturnya.
LKC sendiri secara erat bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Cianjur, karena LKC diangkat dengan SK Bupati. Sehingga LKC terus berupaya mendukung dan memberikan masukan pada Pemkab, terutama dalam bidang kebudayaan.
“Namun kami juga tetap memberikan kritik yang konstruktif, seperti kemarin kami memohon kepada Bupati Cianjur agar Jalan Siti Jenab dibuka, hingga mminta alun-alun dijadikan sebagai taman publik,” ungkapnya.
Menurut Abah, di Cianjur sendiri tidak ada budayawan, karena yang tahu budayawan itu hanya sesama orang budayawan lagi.
“Saya juga kadang jika disebut budayawan terkadang saya malu. Karena budayawan itu religinya harus kuat, mata pencahariannya kuat, dasar ilmunya kuat, jembar budayanya, agamanya kuat. Namun jika mencari Pemerhati Budaya, di Cianjur sangat banyak,” terangnya.
Pembinaan kepada mahasiswa-mahasiswa atau generasi muda, lanjut Abah, terus dilakukan terutama berkaitan dengan pelestarian pengembangan budaya tradisi.
“Sampai hari ini saya belum menemukan seminar kenakalan orangtua, karena yang saya temukan mayoritas kenakalan remaja. Tapi, remaja tidak akan nakal jika orang tuanya memberikan contoh yang baik. Balik lagi apakah orang tua sudah memberikan bekal kepada anaknya, silahkan berekspresi dan jangan lupa berkaca pada diri sendiri,” paparnya.
Menanggapi rencana gedung Dewan Kesenian Cianjur (DKC) akan direnovasi, LKC tentunya terus mendukung dan bergotong royong dalam rencana tersebut.
“Silahkan saja jika mau direnovasi, yang penting bagi kami adalah di LKC itu mayoritasnya orangtua, kami jalan sesuai dengan kemampuan yang kami miliki. Kalau misalkan LKC atau DKC mau direnovasi oleh pemerintah daerah atau pemerintah pusat, kami sangat menyambut baik,” imbuhnya.
Masalah anggaran, sambung Abah, baik LKC maupun DKC sampai hari ini belum mengajukan anggaran pada pemerintah, terkait pertimbangan Covid-19 yang masih melanda Cianjur.
“Kami tidak tahu berapa anggaran yang akan diberikan, jadi intinya kami diberi anggaran jalan tidak diberi pun akan tetap jalan,” tandasnya.(ct9/sis)