CIANJURUPDATE.COM, Cianjur – Pengurus Perguruan Paguron Pencak Silat Cahaya Paroman Cianjur, Muhammad Yunus mengatakan, Maenpo sebagai salah satu dari tiga pilar budaya masih tetap eksis di internal masing-masing perguruan.
Namun, lanjutnya, di tengah gempuran budaya luar, perkembangan Maenpo memang memiliki tantangan tersendiri. Ditambah perhatian pemerintah yang dinilai belum signifikan.
“Cuma, kalau berbicara masalah perhatian dari pemerintah itu belum signifikan, hanya di bagian-bagian tertentu saja,” ujarnya kepada Cianjur Today, Kamis (28/10/2021).
Meskipun demikian, Yunus meyakini, bahwa pemerintah pun memberikan dukungan penuh terhadap perkembangan Maenpo yang kini tidak hanya tenar di Jawa Barat.
“Kalau saya lihat, justru sekarang banyak peminat yang penasaran ingin belajar. Karena berbicara masalah kondisi, memang banyak yang senang dengan hal modern, tapi tidak sedikit juga yang lebih memilih silat atau Maenpo,” kata Yunus.
Selain itu, ia menjelaskan, banyak masyarakat milenial yang kini tidak bisa membedakan mana silat dan mana Maenpo. Padahal, keduanya adalah satu keutuhan yang padu.
“Sekarang bisa diperhatikan di sosial media seperti YouTube, mereka banyak berkarya. Mereka pun bisa mempresentasikan apa itu Maenpo,” ujar Yunus.
Soal perhatian pemerintah terhadap Maenpo, Yunus mengatakan, pemerintah desa dan kecamatan setempat kerap lebih aktif memberikan dukungan. Walaupun hanya sekadar bimbingan dan imbauan.
“Kalau langsung dari kabupaten itu mohon maaf masih belum kerasa,” ungkap Yunus.
Perguruan Paguron Cahaya Paroman yang dirintis sejak 1980 ini, lanjutnya, belum pernah sekalipun dikunjungi oleh Bupati Cianjur secara khusus untuk pengembangan Maenpo.
“Tapi kalau berkunjung ke pimpinan pondok pesantren itu ada,” ucap Yunus.
Maka dari itu, ia berharap, para tokoh Maenpo di Cianjur bisa bersatu menjadi akar yang menumbuhkan daun. Artinya, menjadi tokoh yang bisa melahirkan generasi baru di dunia Maenpo.
“Pada tingkatan tertentu, silat itu sudah tidak berbicara bela diri, tapi sadar diri untuk mencari jati diri. Silat ini menjadi proses, mau apa kita di sini, tujuan kita mengolah generasi supaya menjadi tokoh silat berikutnya,” tutupnya.(afs/sis)