Makna dan Fungsi Konstruksi Bangunan Leuit di Kampung Budaya Padi Pandanwangi Cianjur
Penulis: Siti Nurlaela (Mahasiswa)

Menurut sejarahnya, leuit sudah ada jauh sebelum sistem pertanian sawah dikenal di daerah Jawa Barat, yaitu ketika masyarakat Sunda masih menggunakan sistem pertanian huma (ladang). Di kalangan masyarakat pedesaan khususnya masyarakat adat dan masyarakat kampung adat terdapatnya banyak leuit. Hampir setiap penduduk memiliki leuit. Keberadaan leuit menjadi bagian utama dari kehidupan mereka sebagai masyarakat petani.
Pada umumnya keberadaan leuit pada komunitas adat, sangat berkaitan dengan sistem kepercayaan mengenai mitos Dewi Sri atau Nyi Pohaci. Selain itu, padi hasil panen tidak bisa langsung diolah menjadi beras (harus melalui suatu proses, seperti penjemuran, penumbukkan) sehingga diperlukan suatu tempat yang dapat menampung dengan baik dan aman.
Pada masyarakat komunitas adat terutamanya, padi yang disimpan di leuit menyebabkan leuit tidak hanya berfungsi sebagai “gudang” tempat penyimpanan padi melainkan menjadi suatu yang lebih penting dalam tahapan aktivitas pertanian mereka. Hal ini dapat dilihat dari adanya adat kebiasaan yang berkaitan dengan leuit. Kaidah adat selain sebagai suatu usaha untuk mempertahankan hubungan kekerabatan dengan para nenek moyang (karuhun), juga memperkuat hubungan antar sesama warga dengan solidaritas kelompok yang terbina setia saat.
Dari hasil observasi lapangan dan wawancara yang penulis lakukan di Kampung Budaya Padi Pandan Wangi lokasinya berada di Jalan Jambudipa, Kampung Mekarwangi, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Sebuah objek studi wisata mengenai pertanian Padi Pandanwangi yang menjadi khas Kabupaten Cianjur. Di lokasi tersebut terdapat bangunan leuit yang tentunya tidak bisa dipisahkan dari Padi. Terdapat 6 bangunan leut berukuran sedang dan satu bangunan leuit berukuran besar.