Makna dan Fungsi Konstruksi Bangunan Leuit di Kampung Budaya Padi Pandanwangi Cianjur
Penulis: Siti Nurlaela (Mahasiswa)

Menyusun pocongan padi berlawanan dengan arah jarum jam biasanya disebut pula sebagai mapag naga. Maka, dengan penataan menyimpan padi seperti gulungan ular tersebut, menyebabkan tiap lapisan padi tidak terlalu rapat, agar ada celah untuk sirkulasi udara di dalam leuit, sehingga kelembaban udara dalam lumbung padi terjaga dengan baik dan stabil.
Selain itu, untuk ikatan padi gabah khusus yang dipanen di bagian tengah ladang, tempat upacara tanam padi atau panen padi (daerah pungpuhunan) atau disebut indung pare sebanyak 2 ikat padi disimpan di bagian tengah leuit. Sementara itu, di dekat pintu leuit juga disimpan 2 ikat (pocong) padi,sebagai simbolik penjaga pintu (jaga panto) leuit. Berdasarkan tradisi masyarakat Baduy, keempat ikat padi tersebut tidak boleh ditumbuk dijadikan jadi beras dan ditanak.
Berbeda dengan pocongan padi di leuit, untuk padi bahan benih untuk ditanam di ladang pada tahun berikutnya, biasanya disimpan terpisah, seperti disimpan di dalam rumah ataupun disimpan dalam kotak kayu di kamar rumah. Padi-padi untuk bahan benih biasanya dipanen secara khusus,dengan dipilih yang berisi dan seragam dari setiap varietas (huasan)nya, dan disimpan secara terpisah bagi tiap varietasnya (dialean). Di antara berbagai varietas padi ladang, dikenal 3 huasan yang dianggap sakral, yaitu pare koneng, pare siang, dan pare ketan langgasari. Ketiga huasan padi tersebut merupakan wajib ditanam di ladang-ladang masyarakat Baduy, serta ditambah pula minimal 2 varietas padi lainnya untuk penyelangnya karena varietas padi sakral tidak boleh bersinggungan satu satu sama lainnya pada petak ladang. Oleh karena itu, pada setiap petak ladang umumnya ditanami keanekaan varietas padi yang tinggi, gabungan dari varietas padi sakral dan varietas non-padi sakral.