Mantan Teroris Asal Cianjur: Kaum Milenial Sangat Mudah Direkrut dan Didoktrin

“Melalui metode cocokologi itu, saya sampaikan pada para anggota,” singkatnya.
Menurutnya, yang paling mudah direkrut yakni sebanyak 70 persen adalah kalangan milenial. Karena ISIS ini lahir atau ada ketika masa internet atau digital sedang berkembang. Kaum milenial banyak menghabiskan waktu kesehariannya di masa tersebut. Berbeda dengan yang sudah lanjut usia, sehingga sulit menguasai teknologi.
“Karena saya sebagai perekrut pun berpengalaman seperti itu, bagi anak muda sangat mudah. Tapi untuk orang tua perlu tahapan-tahapan,” jelasnya.
Ia pun mengatakan, dirinya tertangkap oleh tim polisi pada 2018 lalu dan dipenjara di Polda Metro Jaya kurang lebih selama dua tahun. Kemudian akhirnya dipindahkan ke Lapas Kelas II B Cianjur sekitar dua bulan.
“Setelah mengkaji diri sangat dalam, saya akhirnya menyadari kesalahan saya dan ingin lepas dari semua itu,” ucapnya.
Dirinya pun bersyukur sudah berubah seratus persen dan terkadang sering merenungi atas kekeliurannya dalam mempelajari keilmuan. Ia pun menyampaikan kepada semua pihak agar tidak salah langkah seperti dirinya dahulu.
“Pertama saya bersyukur kepada Allah Swt yang sudah merubah seseorang, dari baik ke buruk dan sebaliknya. Saya sadar, bahwa informasi yang saya terima hanya sepihak atau satu arah. Saya tidak dipaksa oleh siapapun, kajian saya waktu itu banyak kekurangan dan keterbatasan. Saya pun kembali belajar dan mencari informasi penyeimbang, sehingga ternyata apa yang saya waktu itu yakini tidak benar. Karena dulu saya terdoktrin dengan media, maka saya pun bertahap mengikuti media-media bertolak belakang dengan informasi ISIS,” terangnya.