Opini

Memperalat Sang Majas dalam Karya Sastra

CIANJURUPDATE.COM – Anda tentu sangat mengenal majas, bukan? Tapi, tahukah Anda apa fungsi majas dalam sebuah karya sastra? Majas adalah penggunaan bahasa kiasan yang dapat memperkuat atau memperindah pesan. Majas dapat digunakan untuk menggambarkan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, memberikan perbandingan, atau menghadirkan makna ganda.

Dalam sebuah cerita pendek sering kita jumpai kalimat-kalimat yang menggandung majas. Menurut Slamet Muljana (dalam Waridah, 2014) majas merupakan pilihan kata yang tersusun indah atas sebuah rasa yang tumbuh dalam diri penulis tersebut, lalu menumbuhkan kondisi tertentu di dalam diri pembaca. Sedangkan cerita pendek menurut Nurhadi (2017) cerita pendek merupakan karangan fiksi singkat, sederhana, dan berisi masalah, tunggal, yang biasanya selesai dalam satu kali waktu membaca.

Majas sangat memengaruhi sebuah karya sastra, kata-kata yang umumnya biasa saja dapat menjadi lebih indah dan menarik. Itu artinya, terdapat nilai yang sentimental pada setiap kalimat yang menggunakan majas di dalamnya. Sehingga membuat karya sastra menjadi semakin hidup.

BACA JUGA: Matahari Perlahan Mengintip

Beberapa majas yang sering digunakan ialah metafora, simile, hiperbola, personifikasi dan lain sebagainya. Penggunaan majas dapat membawa dampak positif, seperti menghasilkan kesenangan imajinatif, menciptakan efek informasi yang padat, kaya, menarik, dan efektif bagi pembaca.

Maka dari itu, tidak jarang para penulis menyisipkan majas dalam tulisannya. Salah satu penulis Indonesia yang terkenal dengan karya-karyanya yang luar biasa adalah Asma Nadia. Beliau menulis cerita pendek berjudul “Rembulan di Mata Ibu” dengan gaya bahasa yang sangat indah, serta menggunakan lima majas dalam cerita pendek tersebut.

Berikut contoh kalimat-kalimat majas dalam cerita pendek “Rembulan di Mata Ibu” ialah (1) majas metafora “kau harus punya hati sekuat baja untuk menapaki hidup”, “ibu ingin anak bungsu ibu menjadi sosok yang berbeda. Seperti rembulan merah jambu”. (2) majas perumpamaan “beliau lebih keras dari karang”. (3) majas sarkasme “perempuan macam kau Diah, hanya akan menjadi santapan laki-laki”. (4) maja hiperbola “darahku seperti mendidih mendengar kalimat-kalimat ibu”. (5) majas personifikasi “langit jingga tampak berbias indah menyambut malam”.

BACA JUGA: Hari Puisi, DKC Sebut Cianjur Punya Sederet Nama Penyair di Kancah Nasional

Majas mampu menghasilkan imaji tambahan sehingga hal-hal yang abstrak menjadi konkret dan dapat dinikmati pembaca, menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna dan sikapnya, dan mengkonsetrasikan makna yang hendak disampaikan dengan cara-cara menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang singkat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button