CIANJURUPDATE.COM – Badai sitokin kembali trending usai presenter Deddy Corbuzier mengungkapkan telah mengalaminya hingga nyaris meninggal dunia. Lalu, apa sih badai sitokin? Berikut penjelasanya.
Sampai saat ini penelitian mengenai virus corona dan dampaknya masih terus dilakukan. Salah satu korelasi yang sedang hangat diperbincangkan adalah badai sitokin pada pengidap corona.
Menurut para ahli kesehatan dunia, tingginya angka kematian pada pasien Covid-19 kemungkinan besar disebabkan oleh terjadinya badai sitokin (cytokine storm) pada tubuh pasien.
Hal ini berdasarkan pada penelitian didukung data yang diperoleh antara lain dari hasil laboratorium, bahwa ada perbedaan signifikan antara pasien yang sembuh dan yang meninggal.
Perbedaan signifikan tersebut antara lain terdapat pada jumlah sel darah putih, nilai absolut pada limfosit, platelet dan albumin, total bilirubin, urea nitrogen dalam darah, kreatinin darah, myoglobin, cardiac troponin, C-Reactive Protein (CRP) dan Inter-Leukin-6 (IL-6).
Gambar CT dan MR dari seorang pasien Covid-19 di Michigan USA, menunjukkan otak terdampak “sindrom badai sitokin” yaitu ketika sistem kekebalan tubuh menghasilkan banjir sel kekebalan yang dapat menyebabkan kerusakan organ, termasuk otak.
Pengertian Sitokin
Sitokin adalah protein inflamasi imun yang berfungsi untuk menangkal infeksi dan menjinakkan sel kanker dalam tubuh.
Namun, ketika sitokin di luar kontrol bisa menyebabkan penyakit. Kondisi ini dikenal sebagai badai sitokin atau cytokine storm.
Sitokin merupakan protein sistem kekebalan tubuh yang mengatur interaksi antar sel dan memicu reaktifitas imun, baik pada immunitas bawaan maupun adaftif.
Sitokin adalah protein pembawa pesan kimiawi atau perantara dalam komunikasi antar yang sangat potensial; berperan dalam aktifasi Sel-T, Sel-B, Monosit, Macrofage, Inflamasi dan induksi sitotokksisitas.
Badai Sitokin
Dikenal juga dengan istilah Sindrom Sitokin Rilis (CRS) atau Sindrom Badai Sitokin (CSS) adalah terjadinya Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (SIRS) yang dapat dipicu oleh berbagai faktor; dan salah satunya adalah infeksi oleh virus.
Jika virus yang masuk bersifat baru (belum adanya memori dalam sistem kekebalan tubuh) dan daya patogennya tinggi; maka cenderung pelepasan sitokin menjadi tidak terkendali.
Ini terjadi ketika sejumlah besar sel darah putih diaktifkan dan melepaskan sitokin inflamasi, yang pada gilirannya mengaktifkan lebih banyak lagi keterlibatan sel darah putih.
Gejala Badai Sitokin
Gejala umum yang ditimbulkan akibat terjadinya Badai Sitokin adalah demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, nyeri otot dan persendian, mual, muntah, diare, ruam, pernapasan cepat, detak jantung yang cepat, tekanan darah rendah, kejang, sakit kepala, kebingungan, delirium, halusinasi, tremor, dan kehilangan koordinasi.
Penyebab Badai Sitokin
Belum diketahui secara pasti perihal penyebab terjadinya Badai Sitokine pada seseorang, namun hal ini dikaitkan dengan karkteristik dari sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh seseorang.
Tetapi, telah diketahui bahwa konsumsi makanan dengan mengandung perseferasi zat pewarna yang diawetkan.
Maka, dalam tubuh seseorang akan memilki resiko terbentuknya sitokin rilis yang siap melepaskan sitokin kapan saja akibat makanan tersebut.
Makanan yang sehat dengan asupan gizi yang baik; banyak sayuran dan buah; istirahat yang cukup, serta faktor pengelolaan stress yang baik; tidak panik, tenang, selalu gembira, berpikiran positif dipercaya dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Sementara itu aktivitas fisik atau olahraga seseorang dikaitkan dengan kebugaran dan faktor kemampuan dalam pengendalian stress.
Badai Sitokin Covid-19
Ketika seseorang yang sudah memilki potensi sitokin rilis kemudian terinfeksi dengan virus penyebab Covid-19; maka sitokin rilis seolah olah dipicu dan dibangunkan. Sehingga terjadilah pelepasan sitokin yang tidak terkendali atau badai sitokin.
Badai sitokin menciptakan peradangan yang melemahkan pembuluh darah di paru-paru dan menyebabkan cairan meresap ke kantung udara (alveoli), membanjiri pembuluh darah dan akhirnya menciptakan masalah sistemik di banyak organ, yang dapat mengakibatkan kerusakan pada seluruh organ.
Badai sitokin di paru paru, maka paru paru akan dipenuhi oleh cairan dan sel-sel imun seperti Macrofage yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas. Kemudian menimbulkan sesak napas dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pada kasus Covid-19, respons sitokin dikombinasikan dengan menurunnya kemampuan/kapasitas dalam memompa oksigen ke seluruh tubuh, dapat menyebabkan kegagalan organ.
Kerusakan organ organ itu antara lain paru paru atas bengkak, jantung mengalami miokarditis, ginjal mengalami acute kidney injury, hati mengalami acute ishemic liver, otak mengalami ensefalitis; dan istilah ini kemudian dikenal dengan istilah Multiple Organ Dysfunction Syndrom (MODS), yang dapat mengakibatkan kematian.
Belum diketahui secara pasti penyebab bahwa beberapa pasien mengalami komplikasi di luar paru-paru, tetapi itu mungkin berkaitan dengan kondisi penyakit yang telah ada sebelumnya; seperti penyakit jantung atau diabetes.
Seseorang yang telah memilki penyakit sebelumnya; misalnya gangguan ginjal, kardiovaskular, diabetes; maka kejadian kegagalan organ akan cenderung lebih rentan.
(sis)
Sumber: krakataumedika.com