CIANJURUPDATE.COM – Bedor, sebuah pertunjukan komedi tradisional dari Cianjur, tidak hanya menyajikan hiburan semata.
Di balik kelucuannya, Bedor menyampaikan kritik sosial yang dibalut dalam bahasa Sunda yang ringan dan mudah dimengerti.
Pertunjukan ini biasanya digelar di lapangan terbuka, dengan tokoh-tokoh yang merepresentasikan kehidupan sehari-hari, seperti petani, ibu rumah tangga, hingga pejabat.
Melalui dialog dan musik tradisional, para pemain Bedor memparodikan isu-isu sosial di Cianjur yang tengah hangat diperbincangkan, menyampaikan pesan moral serta kritik terhadap berbagai kebijakan.
Sejarah Bedor mencatat bahwa kesenian ini sudah ada sejak tahun 1800-an di Desa Girimulya, Kecamatan Cibeber.
Nama Bedor sendiri diambil dari istilah “Lebe Bodor,” yang berarti penghulu yang melawak.
BACA JUGA: Utamakan Budaya Lokal! Pemkab Cianjur Melarang Study Tour Luar Kota demi Keselamatan Siswa
Awalnya, Bedor digunakan sebagai media untuk menyuarakan kekecewaan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Untuk menghindari kecurigaan, kritik disampaikan dalam bentuk humor dan sindiran.
Sayangnya, Bedor kini jarang dipentaskan, seiring dengan menurunnya minat generasi muda terhadap seni tradisional ini.
BACA JUGA: Festival Curug Citambur Ke-10 Tahun 2024 Memperingati Sejuta Pesona Wisata dan Budaya
Namun, Grup Mekar Hareupan di bawah pimpinan Bapak Oman masih berusaha melestarikan Bedor dengan mengadakan pertunjukan di berbagai acara adat dan hajatan.
Upaya ini penting untuk menjaga tradisi dan kritik sosial yang dibawakan Bedor tetap hidup dan relevan bagi masyarakat modern.
Dengan demikian, Bedor bukan sekadar pertunjukan lucu, tetapi juga sarana edukasi dan refleksi sosial.
BACA JUGA: Siswa Cianjur Taklukkan Hati Jepang! Tampilkan Budaya Sunda Mempesona di Negeri Sakura