Mengenang Pak Lily: Dari Beliau Saya Mewujudkan Cita-Cita
“Tiada hari tanpa menulis”. Slogan itu menjadi ciri khas ekskul KIJ. Namun, dalam suatu ketika Pak Lily bercerita bahwa slogan itu adalah motto hidupnya. Setiap hari menulis untuk bisa memenuhi kebutuhan, baik materi maupun jiwa. Dari Pak Lily Azies, saya paham bahwa menulis bukan soal uang, tapi pemenuhan jiwa dan pikiran.
Motto Hidup Pak Lily Azies
Suatu ketika, saya menemukan Majalah ISMA dirobek menjadi dua bagian oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Saya tidak ingin memberitahu kejadian itu pada Pak Lily, namun teman yang lain malah mengadukannya. Mendapati hal itu, saya melihat raut wajah sedih dan marah dari Pak Lily, matanya seakan ingin mengeluarkan air mata. Dari situ, saya sadar bahwa karya tulis adalah emas yang berharga, dilahirkan dari pemikiran yang cerdas dan kreatif.
Tahun 2019, saya lulus dari MAN 1 Cianjur dan memulai karir sebagai wartawan di Cianjur Update. Setelah berprofesi sebagai wartawan, meskipun masih muda, hal yang saya lakukan adalah memberitahu Pak Lily. Kemudian meminta arahan dan wejangan agar tetap konsisten dan produktif di dalam pekerjaan saya.
Bertahan di profesi ini adalah bentuk pengaplikasian ilmu yang diberikan Pak Lily. Dari bapak saya belajar bahwa menulis adalah ilmu dasar yang menjadi penunjang untuk mempelajari dan mendalami semua ilmu yang ada. Keterampilan menulis kini menjadi yang paling dicari di era modern. Tidak salah saya berguru kepada Pak Lily.
Setelah pensiun, Pak Lily kembali menjadi wartawan di Warta Parahyangan. Tidak banyak berita yang ditulis bapak, sebagian besar adalah berita saya yang ditulis ulang olehnya. Saya sadar, fisik bapak sudah lemah, namun semangat menulisnya tidak pernah padam.