Menilik Sejarah Kuda Kosong Sebagai Ikon Seni dan Budaya Asli Cianjur
![Sejarah Kuda Kosong](/wp-content/uploads/2021/01/IMG-20210116-WA0050.jpg)
Di sisi lain, tradisi Kuda Kosong ini selalu dihubung-hubungkan dengan sesuatu yang mistis karena ada beberapa ritual yang dijalankan sebelum dipertunjukkan kepada masyarakat.
Makna Kuda Kosong oleh kebanyakan masyarakat Cianjur selalu dikaitkan dengan hal mistis atau gaib. Disebut Kuda Kosong karena memang tidak ada penunggangnya. Namun, mereka memaknai Kuda Kosong karena ditunggangi oleh Eyang Suryakencana yang tak kasat mata.
Tradisi Kuda Kosong Sudah Ada Sejak Dulu
Berdasarkan data dari berbagai sumber yang terhimpun, tradisi budaya Kuda Kosong sudah ada sejak zaman dulu. Menurut sejarah, Kuda Kosong selalu digelar pada setiap upacara kenegaraan Cianjur.
Tujuan tradisi Kuda Kosong adalah untuk mengenang sejarah perjuangan para Bupati Cianjur tempo dulu. Saat Cianjur dipimpin RA Wiratanu, bupati diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di Jawa Tengah. Pagelaran seni dan budaya Festival Cianjur selalu diawali dengan iring-iringan Kuda Kosong yang memberikan penghormatan kepada Bupati Cianjur.
Kehadiran Kuda Kosong selalu dinanti-nantikan oleh masyarakat Cianjur setiap kali pawai helaran karena ada cerita-cerita atau legenda-legenda mengenai Kuda Kosong.
Aksesoris dari kuda itu sediri berupa aksesoris kepala dan kaki, penutup badan kuda, serta bunga yang wana-warni. Penambahan bunga warna-warni pada badan kuda sebagai pemanis agar terlihat lebih cantik dan menarik.
Dalam pawai helaran Kuda Kosong, ada dua payung yang digunakan, payung tersebut bentuknya seperti payung untuk pengantin atau payung yang digunakan di kerajaan. Payung tersebut digunakan sebagai simbol memayungi bupati Cianjur dan satu payung lain digunakan untuk memayungi kuda agar lebih menarik untuk disaksikan.