Gaya Hidup

Menilik Sejarah Pendopo Kabupaten Cianjur dan Lonceng Tua Warisan Belanda

Di sudut sebelah barat kawasan pendopo Kabupaten Cianjur, terdapat lonceng tua. Tak banyak orang tahu asal usul benda kuno tersebut termasuk Bupati Cianjur. Bagi kalangan sepuh di kota tauco ini, keberadaan lonceng kabupaten memiliki kenangan tersendiri.

Pada akhir 1950-an, secara rutin lonceng kabupaten kerap dibunyikan setiap hari dan jumlah pukulannya disesuaikan dengan angka jam yang sedang berlangsung.

Lebih jauh lagi, pada 1900-an, lonceng kabupaten pernah dijadikan pengingat berlangsungnya jam malam. Pada masanya, beberapa petugas keamanan kabupaten berkeliling untuk memeriksa apakah masih ada penduduk berkeliaran atau tidak.

Jika mendapatkan penduduk termasuk para bocah masih berada di luar rumah maka mereka langsung disuruh untuk segera masuk rumah.

Lonceng kapubaten pun di era Hindia Belanda pernah berfungsi sebagai pemberi informasi telah terjadinya suatu peristiwa penting di Cianjur. Dalam Preanger Bode tertanggal 23 Maret 1910.

Dikisahkan ketika bupati terkemuka Cianjur R. Prawiradiredja II mangkat pada 17 Maret 1910, lonceng kabupaten dibunyikan beberapa kali tepat pada jam 06.00 Wib disusul bunyi beduk bertalu-talu dari Masjid Agung Cianjur .

Lonceng Kabupaten

Banyak versi yang beredar sekitar asal-usul lonceng kabupaten. Namun jika mengacu kepada tulisan yang tertera di kepala lonceng (Borchhard Gegoten In T Ambagd Qwartir Tot Batavia 1774), besar kemungkinan lonceng itu dibuat di Batavia oleh Johan Christian Borchhard, seorang pengrajin lonceng Eropa terkemuka pada abad ke-18.

Lonceng buatan Borchhard tersebar dari Belanda hingga Afrika Selatan, kata Valeron Najoan, penulis sejarah yang rajin menelusuri arsip-arsip tua berbahasa Belanda.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Back to top button