Menilik Sejarah Terowongan Lampegan dan Misteri Hilangnya Seorang Penari Ronggeng
Jelang tengah malam, setelah penampilan Nyi Sadea berakhir, ia berteduh di dalam terowongan sambil menunggu hujan deras mereda. Tidak lama dari itu, Nyi Sadea mendengar suaranya dipanggil kemudian Ia berjalan memasuki terowongan, lalu menghilang tanpa ada yang tahu ke mana dengan hilangnya Nyi Sadea menjadi legenda hingga saat ini.
Dalam Kisah Tanah Jawa diceritakan bahwa Nyi Sadea diperistri oleh pemimpin gaib di wilayah itu. Menurut pengamatan retrocognition yang tim Kisah Tanah Jawa lakukan, Nyi Sadea dijadikan tumbal bagi pemimpin istana gaib di atas bukit Terowongan Lampegan yang bernama Razamandala.
Ia dikorbankan sebagai syarat agar pemimpin gaib itu tidak mengganggu proses pembangunan, karena selama proses pembangunan Terowongan Lampegan, sering ada pekerja yang meninggal. Razamandala tak meminta ritual tertentu, cukup dengan mengadakan acara ronggeng yang mengundang penari tercantik di wilayah Priangan.
Versi lainnya, penduduk setempat percaya bahwa Nyi Sadea dijadikan tumbal, tetapi bukan dengan cara menghilang sendiri tanpa jejak karena dijemput sesuatu yang gaib. Namun, karena dijadikan tumbal dan jasadnya ditanam dalam tembok terowongan.
Terlepas dari misteri hilangnya Nyi Sadea, ada banyak kisah yang menceritakan toponomi Lampegan. Dalam buku Kisah Tanah Jawa (2018), disebutkan bahwa nama Lampegan tercetus dari percakapan orang Belanda ketika kereta api memasuki terowongan.
“Lamp a gan,” begitu katanya untuk memerintahkan supaya lampu segera dinyalakan untuk membantu masinis mengemudi dalam terowongan gelap itu.