Niat Puasa, Doa Berbuka, dan Doa Sahur Ramadan Lengkap dengan Artinya
Sehingga niat dari malam hari tetap dianggap sah dan niat tidak disyaratkan harus berbarengan dengan terbitnya fajar.
Bahkan menurut madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadan bersamaan dengan terbitnya fajar tidak sah.
Karena sulitnya menepatkan niat puasa menjelang terbitnya fajar, maka hal tersebut boleh dilakukan pada malam hari, boleh pula pada waktu sahur.
Niat tidak boleh dilakukan setelah terbitnya fajar. Berbeda dengan puasa sunnah yang niatnya boleh dilakukan saat pagi.
Syaikh Abdurrahman Al Juzairi dalam Fikih Empat Madzhab menjelaskan, menurut madzhab Syafi’i, Hanbali dan Hanafi, niat puasa Ramadan harus diperbarui setiap hari puasa, pada malam hari sebelum tiba waktu fajar.
Sedangkan menurut madzhab Maliki, niat puasa Ramadan cukup dilakukan sekali di awal asalkan tidak terpotong sakit atau safar yang mengakibatkan tidak puasa.
Menurut madzhab Syafi’i, niat puasa Ramadan tidak bisa diwakili dengan makan sesuatu pada saat sahur.
Kecuali jika saat makan sahur terbesit dalam pikirannya bahwa besok akan berpuasa.
Sedangkan menurut madzhab Hanafi, niat puasa Ramadan bisa diwakili dengan makan sahur. Kecuali jika saat makan itu berniat bukan untuk berpuasa.
Lafadz Niat Puasa Ramadan
Dalam madzhab Syafi’i, lafadz niat puasa Ramadan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ الشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta’aala
Artinya: “Aku niat puasa pada hari esok untuk melaksanakan kewajiban bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta’ala”